LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
DISUSUN OLEH :
AGNES MONIKA SITUMORANG
(A1C117059)
DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
PERCOBAAN 2
(KALIBRASI TERMOMETER DAN PENENTUAN TITIK LELEH)
VII Data Pengamatan
7.1 Kalibrasi Termometer
7.2 Penentuan Kelas Kelarutan
VIII Pembahasan
Dalam percobaan ini, alat yang digunakan adalah termometer raksa. Termometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu suatu larutan atau zat, baik dalam kondisi panas maupun dingin. Sebelum termometer digunakan, dilakukan kalibrasi terhadap termometer. Fungsi dilakukannya kalibrasi terhadap termometer ini yaitu untuk menentukan kebenaran konversional nilai penunjukan alat ukur, apakah sudah tepat sesuau dengan standar nasional. Cara kalibrasinya yaitu dengan menguji skala atas dan skala bawah dari termometer. Skala atas yang dimaksudkan disini adalah suhu maksimum yang dapat diukur olehtermometer yang ditunjukkan dengan angka dengan nilai terbesar dari skala dan biasanya terletak dibagian atas skala. Sementara skala bawah yang dimaksudkan adalah suhu minimum yang dapat diukur oleh termometer yang ditunjukkan dengan angka dengan nilai terkecil dari skala dan biasanya terletak dibagian bawah skala. Batas atas dari termometer raksa bernilai sebesar 100oC,dapat diuji dengan melakukan pengukuran terhadap suhu air yang mendidih. Air mendidih akan memiliki suhu sebesar 100oC, sehingga dipilih untuk menguji batas atas termometer raksa karena memiliki suhu dengan nilai yang sama dengan batas atas termometer raksa. Sementara batas bawah dari termometer raksa ini diuji dengan menggunakan batu es yang dicampurkan dengan air. Dalam pengujian ini, batu es dicampurkan dengan air agar ketika pengukuran dilakukan, suhu sistem yang diukur adalah homogen. Informasi yang diberikan oleh termometer sangat mempengaruhi dalam percobaan dimana ketepatan dan keakuratan termometer sangat diperlukan dalam penentuan hasil pengukuran suatu objek.
Untuk mengetahui prosedur rinci yang kami lakukan, berikt ini merupaka penjelasannya. Kami menggunakan campuran bubuk es dan air untuk mengukur skala bawah termometer. Dimana erlenmeyer yang telah berisi bubuk es dan air tadi, dimasukka termometer kedalamnya, tetapi jangan sampai menyentuh dasar erlenmeyer karena ini akan mempengaruhi termometer, tentu suhu yang diukur bukan suhu larutan yang didalammnya tetapi suhu erlemeyer tentu juga akan terikut serta serta membuat termometer tidak akurat. Dan juga kami menggunakan penutup agar tidak terkonta oleh suhu luar, yang mana ini juga akan mepengaruhi ketepatan termometer dalm mengukur. Sehingga kami mendapatkan skala bawahnya 0°C. Lalu untuk mengukur batas bawah kami melakukan langkah yang sama hanya saja ditambah dengan pemanasan. Dimana erlemeyer diisi air atau aquades lalu dipanaskan dan tak lupa termometer dimasukkan kedalamnya dan tak lupa penutup agar tidak terkontaminasi dari suhu luar. Dan perlakuan yang sama termometer tidak boleh menyentuh dasar erlenmeyer. Kami dapatkanlah hasil yaitu suhunya naik ke skala atas yaitu 100°C dimana tepat suhunya konstan. Dimana air memiliki titik didih 100°C dan titik beku 0°C, dan ini menandakan berarti termometer dapat digunakan dalam mengukur suhu suatu larutan karean ketika didinginkan suhunya 0°c dan ketika di panskan suhunya naik ke 100°C hal ini dapat dikatakan termometer sudah sesuai dengan kaidah alat ukur standar.
Pada percobaan ini kami menentukan titik leleh senyawa organik dengan berbagai perbandingan proporsi. Titik leleh merupakan titik suhu dimana suatu zat padat akan mengalami perubahan fasa dari padat menjadi cair. Cara pengujian titik leleh suatu senyawa yaitu dengan melakukan pengukuran suhu saat senyawa tersebut tepat meleleh dengan menggunakan termometer. Adapun beberapa sampel senyawa organik yang kami gunakan yaitu naftalen, glukosa, alpha-naftol, asam benzoat,dan maltosa. Sampel tersebut kami kombinasikan dalam pencampurannya dengan menggunakan perbandingan 1:1, 1:0.5 dan 1:2. Kombinasi sampel yang kami buat memiliki perbedaan titik leleh yang tinggi, sehingga diperlukan termometer dengan skala yang sesuai yaitu berskala atas 250oC dan skala bawah 0°C. Sementara untuk memanaskan sampel sehingga dia dapat meleleh, kami menggunakan oil bath, karena sesuai dengan tinggi titik leleh zat yang digunakan, dimana minyak memiliki titik didih sebesar 200°C.
Sampel pertama yaitu campuran naftalen dan glukosa. Sampel dimasukkan kedalam pipa kapiler dengan menggunakan perbandingan yang telah ditentukan. Lalu diikat dengan termometer dan dilakukan pemanasan. Kemudian diukur suhu saat sampel mulai meleleh dan saat sampel sudah sepenuhnya meleleh. Sampel dengan perbandingan 1:1 mulai meleleh pada suhu 140°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 162°C. Sementara sampel dengan perbandingan 1:0,5 mulai meleleh pada suhu 90°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 128°C. Dan untuk sampel dengan perbandingan 1:2 mulai meleleh pada suhu 120°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 160°C.
Sampel kedua yaitu campuran glukosa dan alfa-naftol. Sampel dimasukkan kedalam pipa kapiler dengan menggunakan perbandingan yang telah ditentukan. Lalu diikat dengan termometer dan dilakukan pemanasan. Kemudian diukur suhu saat sampel mulai meleleh dan saat sampel sudah sepenuhnya meleleh. Sampel dengan perbandingan 1:1 mulai meleleh pada suhu 145°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 168°C. Sementara sampel dengan perbandingan 1:0,5 mulai meleleh pada suhu 150°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 165°C. Dan untuk sampel dengan perbandingan 1:2 mulai meleleh pada suhu 145°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 170°C.
Sampel ketiga yaitu campuran alfa-naftol dan asam benzoat. Sampel dimasukkan kedalam pipa kapiler dengan menggunakan perbandingan yang telah ditentukan. Lalu diikat dengan termometer dan dilakukan pemanasan. Kemudian diukur suhu saat sampel mulai meleleh dan saat sampel sudah sepenuhnya meleleh. Sampel dengan perbandingan 1:1 mulai meleleh pada suhu 148°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 170°C. Sementara campuran dengan perbandingan 1:0,5 mulai meleleh pada suhu 160°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 175°C. Dan untuk campuran dengan perbandingan 1:2 mulai meleleh pada suhu 119°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 165°C.
Sampel keempat yaitu campuran asam benzoat dan maltosa. Sampel dimasukkan kedalam pipa kapiler dengan menggunakan perbandingan yang telah ditentukan. Lalu diikat dengan termometer dan dilakukan pemanasan. Kemudian diukur suhu saat sampel mulai meleleh dan saat sampel sudah sepenuhnya meleleh. Sampel dengan perbandingan 1:1 mulai meleleh pada suhu 160°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 180°C. Sementara campuran dengan perbandingan 1:0,5 mulai meleleh pada suhu 148°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 169°C. Dan untuk campuran dengan perbandingan 1:2 mulai meleleh pada suhu 100°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 140°C.
Sampel kelima yaitu campuran maltosa dan naftalen. Sampel dimasukkan kedalam pipa kapiler dengan menggunakan perbandingan yang telah ditentukan. Lalu diikat dengan termometer dan dilakukan pemanasan. Kemudian diukur suhu saat sampel mulai meleleh dan saat sampel sudah sepenuhnya meleleh. Sampel dengan perbandingan 1:1 mulai meleleh pada suhu 145°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 175°C. Sementara campuran dengan perbandingan 1:0,5 mulai meleleh pada suhu 138°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 155°C. Dan untuk campuran dengan perbandingan 1:2 mulai meleleh pada suhu 150°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 180°C.
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, kami mengamati bahwa pada perbadingan proporsi 1:2 rentang suhu dari mulai meleleh sampai dengan meleleh itu sangat jauh berbeda dengan perbandingan proporsi 1:0.5 dan 1:1 dimana rentang suhunya ketika mulai dan tepat meleleh itu tidak terlalu jauh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, pertama yaitu pengaruh dua sampel yang dicampurkan yang tentunya mempengaruhi titik lelehnya, dimana masing-masing sampel tersebut memiliki titik leleh yang berbeda seperti pada naftalen dengan glukosa dimana titik leleh glokosa lebih tinggi di banding dengan naftalen. Ketika sampel di campurkan dan dilakukan pemanasan untuk menguji titik lelehnya terjadi sebuah ikatan antar molekul didalamya sehingga saling berikatan yang membuat campuran tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk meleleh. Perbedaan suhu suatu zat saat mulai meleleh sampai dengannya meleleh seluruhnya menggambarkan tingkat kemurnian suatu zat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama suatu zat meleleh yang mana tidak sesuai dengan suhu dimana dia meleleh maka zat tersebut kurang kemurniannya, sebaliknya semakin cepat zat tersebut meleleh maka semakin murni pula zat tersebut.
IX Pertanyaan Pasca Praktikum
1. Bagaimanakah pengaruh pencampuran sampel terhadap titik lelehnya?
2. Apakah fungsi digunakan perbandingan kompisisi yang bervariasi pada percobaan diatas?
3. Mengapa digunakan minyak untuk memanaskan dan melehkan sampel pada percobaan diatas?
Mengapa tidak menggunakan air biasa atau air aquades saja?
X Kesimpulan
1. Prinsip dasar penentuan titik leleh senyawa murni yaitu dengan melihat temperatur dimana zat
padat berubah wujud menjadi zat cair pada tekanan 1 atm saat zat dipanaskan. Energi kinetik
dari molekul-molekul akan naik dan menyebabkan molekul bergetar yang artinya pada suhu
tertentu ikatan-ikatan molekul akan terlepas maka zat padat akan meleleh. Pada saat zat pada
meleleh, pada saat itulah dapat ditentukan titik lelehnya dengan mengukur suhunya.
2. Tujuan kalibrasi adalah untuk menguji kemampuan kerja termometer tersebut, baik
mengukur batas bawah yang dilakukan dengan mengukur suhu air-es, maupun dalam mengukur
batas atas yang dilakukan dengan mengukur suhu air mendidih.
3. Titik leleh senyawa organik mudah diamati serta temperatur dimana pelelehan murni terjadi
hampir sama/tetap sama meleleh namun pada campuran memiliki titik leleh yang dapat lebih
rendah atau lebih tinggi dari senyawa murninya akibat adanya pengotor.
4. Titik leleh senyawa organik murni yang kami gunakan yaitu: asam benzoat memiliki titik leleh
sebesar 122,4°C; maltosa memiliki titik leleh sebesar 160-165°C; glukosa memiliki titik leleh
sebesar 146°C; dan alfa-naftol memiliki titik leleh sebesar 95-96°C
7.1 Kalibrasi Termometer
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Dimasukkan
termometer kedalam labu erlemeyer yang telah diisi dengan air dan batu es
serta disumbat dengan penyumbat agar terisolasi dari udara luar.
|
Skala
termometer tersebut turun ke 0 drajat celcius.
|
2.
|
Dimasukkan
termometer kedalam labu erlenmeyer yang diisi aquades serta disumbat dan
dilakukan pemanasan.
|
Skala
termometer naik ke 100 drajat celcius, dimana suhu konstan.
|
7.2 Penentuan Kelas Kelarutan
No
|
Campuran Dua Senyawa
|
Titik Leleh (°c)
|
|||||
1:1
|
1:0.5
|
1:2
|
|||||
Mulai
|
Tepat
|
Mulai
|
Tepat
|
Mulai
|
Tepat
|
||
1.
|
Naftalen-Glukosa
|
140
°c
|
162
°c
|
90°c
|
128°c
|
120°c
|
160°c
|
2.
|
Glukosa-Alfanaftol
|
145
°c
|
168
°c
|
150°c
|
165°c
|
145°c
|
170°c
|
3.
|
Alfanaftol-As.benzoat
|
148
°c
|
170
°c
|
160°c
|
175°c
|
119°c
|
165°c
|
4.
|
As.benzoat-Maltosa
|
160
°c
|
180
°c
|
148°c
|
169°c
|
100°c
|
140°c
|
5.
|
Maltosa-Naftalen
|
145
°c
|
175
°c
|
138°c
|
155°c
|
150°c
|
180°c
|
VIII Pembahasan
8.1 Kalibrasi Termometer
Ketika kita melakukan percobaan, tentunya kita
menginginkan hasil yang akurat dansesuai dengan aturan atau ketentuan yang ada,
sehingga percobaan yang kita lakukan dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan
suatu percobaan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu instrumen
atau alat yang digunakan. Dalam melakukan percobaan, kita harus menggunakan
alat dengan keadaan baik dan dapat berfungsi secara optimal. Oleh karena itu,
sebelum melakukan percobaan perlu dicek keadaan alat dan diuji fungsi dari alat
tersebut. Kegiatan ini biasa disebut dengan kalibrasi. Kalibrasi
merupakankegiatan pengujian keakuratan dan ketepatan suatu alat sekaligus
pengujian fungsi dari suatu alat sehingga diketahui kelayakan alat tersebut
untuk digunakan lebih lanjut dalam percobaan.Dalam percobaan ini, alat yang digunakan adalah termometer raksa. Termometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu suatu larutan atau zat, baik dalam kondisi panas maupun dingin. Sebelum termometer digunakan, dilakukan kalibrasi terhadap termometer. Fungsi dilakukannya kalibrasi terhadap termometer ini yaitu untuk menentukan kebenaran konversional nilai penunjukan alat ukur, apakah sudah tepat sesuau dengan standar nasional. Cara kalibrasinya yaitu dengan menguji skala atas dan skala bawah dari termometer. Skala atas yang dimaksudkan disini adalah suhu maksimum yang dapat diukur olehtermometer yang ditunjukkan dengan angka dengan nilai terbesar dari skala dan biasanya terletak dibagian atas skala. Sementara skala bawah yang dimaksudkan adalah suhu minimum yang dapat diukur oleh termometer yang ditunjukkan dengan angka dengan nilai terkecil dari skala dan biasanya terletak dibagian bawah skala. Batas atas dari termometer raksa bernilai sebesar 100oC,dapat diuji dengan melakukan pengukuran terhadap suhu air yang mendidih. Air mendidih akan memiliki suhu sebesar 100oC, sehingga dipilih untuk menguji batas atas termometer raksa karena memiliki suhu dengan nilai yang sama dengan batas atas termometer raksa. Sementara batas bawah dari termometer raksa ini diuji dengan menggunakan batu es yang dicampurkan dengan air. Dalam pengujian ini, batu es dicampurkan dengan air agar ketika pengukuran dilakukan, suhu sistem yang diukur adalah homogen. Informasi yang diberikan oleh termometer sangat mempengaruhi dalam percobaan dimana ketepatan dan keakuratan termometer sangat diperlukan dalam penentuan hasil pengukuran suatu objek.
Untuk mengetahui prosedur rinci yang kami lakukan, berikt ini merupaka penjelasannya. Kami menggunakan campuran bubuk es dan air untuk mengukur skala bawah termometer. Dimana erlenmeyer yang telah berisi bubuk es dan air tadi, dimasukka termometer kedalamnya, tetapi jangan sampai menyentuh dasar erlenmeyer karena ini akan mempengaruhi termometer, tentu suhu yang diukur bukan suhu larutan yang didalammnya tetapi suhu erlemeyer tentu juga akan terikut serta serta membuat termometer tidak akurat. Dan juga kami menggunakan penutup agar tidak terkonta oleh suhu luar, yang mana ini juga akan mepengaruhi ketepatan termometer dalm mengukur. Sehingga kami mendapatkan skala bawahnya 0°C. Lalu untuk mengukur batas bawah kami melakukan langkah yang sama hanya saja ditambah dengan pemanasan. Dimana erlemeyer diisi air atau aquades lalu dipanaskan dan tak lupa termometer dimasukkan kedalamnya dan tak lupa penutup agar tidak terkontaminasi dari suhu luar. Dan perlakuan yang sama termometer tidak boleh menyentuh dasar erlenmeyer. Kami dapatkanlah hasil yaitu suhunya naik ke skala atas yaitu 100°C dimana tepat suhunya konstan. Dimana air memiliki titik didih 100°C dan titik beku 0°C, dan ini menandakan berarti termometer dapat digunakan dalam mengukur suhu suatu larutan karean ketika didinginkan suhunya 0°c dan ketika di panskan suhunya naik ke 100°C hal ini dapat dikatakan termometer sudah sesuai dengan kaidah alat ukur standar.
8.2 Penentuan Titik Leleh
Titik leleh merupakan titik dimana suatu zat padat berubah fasa dari padat menjadi cair, dari titik dimana zat padat tersebut mulai meleleh hingga titik dimana zat padat tersebut sudah sepenuhnya meleleh. Rentang dari titik suatu zat padat mulai meleleh hingga titik suatu zat padat sudah meleleh sepenuhnya ini akan menentukan kemurnian dari zat padat tersebut. Dimana semakin besar rentang yang dihasilkan, maka semakin rendah tingkat kemurnian zat padat tersebut. Sebaliknya, semakin kecil rentang yang dihasilkan, maka semakin tinggi tingkat kemurnian zat padat tersebut (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/).Pada percobaan ini kami menentukan titik leleh senyawa organik dengan berbagai perbandingan proporsi. Titik leleh merupakan titik suhu dimana suatu zat padat akan mengalami perubahan fasa dari padat menjadi cair. Cara pengujian titik leleh suatu senyawa yaitu dengan melakukan pengukuran suhu saat senyawa tersebut tepat meleleh dengan menggunakan termometer. Adapun beberapa sampel senyawa organik yang kami gunakan yaitu naftalen, glukosa, alpha-naftol, asam benzoat,dan maltosa. Sampel tersebut kami kombinasikan dalam pencampurannya dengan menggunakan perbandingan 1:1, 1:0.5 dan 1:2. Kombinasi sampel yang kami buat memiliki perbedaan titik leleh yang tinggi, sehingga diperlukan termometer dengan skala yang sesuai yaitu berskala atas 250oC dan skala bawah 0°C. Sementara untuk memanaskan sampel sehingga dia dapat meleleh, kami menggunakan oil bath, karena sesuai dengan tinggi titik leleh zat yang digunakan, dimana minyak memiliki titik didih sebesar 200°C.
Sampel pertama yaitu campuran naftalen dan glukosa. Sampel dimasukkan kedalam pipa kapiler dengan menggunakan perbandingan yang telah ditentukan. Lalu diikat dengan termometer dan dilakukan pemanasan. Kemudian diukur suhu saat sampel mulai meleleh dan saat sampel sudah sepenuhnya meleleh. Sampel dengan perbandingan 1:1 mulai meleleh pada suhu 140°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 162°C. Sementara sampel dengan perbandingan 1:0,5 mulai meleleh pada suhu 90°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 128°C. Dan untuk sampel dengan perbandingan 1:2 mulai meleleh pada suhu 120°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 160°C.
Sampel kedua yaitu campuran glukosa dan alfa-naftol. Sampel dimasukkan kedalam pipa kapiler dengan menggunakan perbandingan yang telah ditentukan. Lalu diikat dengan termometer dan dilakukan pemanasan. Kemudian diukur suhu saat sampel mulai meleleh dan saat sampel sudah sepenuhnya meleleh. Sampel dengan perbandingan 1:1 mulai meleleh pada suhu 145°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 168°C. Sementara sampel dengan perbandingan 1:0,5 mulai meleleh pada suhu 150°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 165°C. Dan untuk sampel dengan perbandingan 1:2 mulai meleleh pada suhu 145°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 170°C.
Sampel ketiga yaitu campuran alfa-naftol dan asam benzoat. Sampel dimasukkan kedalam pipa kapiler dengan menggunakan perbandingan yang telah ditentukan. Lalu diikat dengan termometer dan dilakukan pemanasan. Kemudian diukur suhu saat sampel mulai meleleh dan saat sampel sudah sepenuhnya meleleh. Sampel dengan perbandingan 1:1 mulai meleleh pada suhu 148°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 170°C. Sementara campuran dengan perbandingan 1:0,5 mulai meleleh pada suhu 160°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 175°C. Dan untuk campuran dengan perbandingan 1:2 mulai meleleh pada suhu 119°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 165°C.
Sampel keempat yaitu campuran asam benzoat dan maltosa. Sampel dimasukkan kedalam pipa kapiler dengan menggunakan perbandingan yang telah ditentukan. Lalu diikat dengan termometer dan dilakukan pemanasan. Kemudian diukur suhu saat sampel mulai meleleh dan saat sampel sudah sepenuhnya meleleh. Sampel dengan perbandingan 1:1 mulai meleleh pada suhu 160°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 180°C. Sementara campuran dengan perbandingan 1:0,5 mulai meleleh pada suhu 148°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 169°C. Dan untuk campuran dengan perbandingan 1:2 mulai meleleh pada suhu 100°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 140°C.
Sampel kelima yaitu campuran maltosa dan naftalen. Sampel dimasukkan kedalam pipa kapiler dengan menggunakan perbandingan yang telah ditentukan. Lalu diikat dengan termometer dan dilakukan pemanasan. Kemudian diukur suhu saat sampel mulai meleleh dan saat sampel sudah sepenuhnya meleleh. Sampel dengan perbandingan 1:1 mulai meleleh pada suhu 145°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 175°C. Sementara campuran dengan perbandingan 1:0,5 mulai meleleh pada suhu 138°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 155°C. Dan untuk campuran dengan perbandingan 1:2 mulai meleleh pada suhu 150°C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 180°C.
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, kami mengamati bahwa pada perbadingan proporsi 1:2 rentang suhu dari mulai meleleh sampai dengan meleleh itu sangat jauh berbeda dengan perbandingan proporsi 1:0.5 dan 1:1 dimana rentang suhunya ketika mulai dan tepat meleleh itu tidak terlalu jauh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, pertama yaitu pengaruh dua sampel yang dicampurkan yang tentunya mempengaruhi titik lelehnya, dimana masing-masing sampel tersebut memiliki titik leleh yang berbeda seperti pada naftalen dengan glukosa dimana titik leleh glokosa lebih tinggi di banding dengan naftalen. Ketika sampel di campurkan dan dilakukan pemanasan untuk menguji titik lelehnya terjadi sebuah ikatan antar molekul didalamya sehingga saling berikatan yang membuat campuran tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk meleleh. Perbedaan suhu suatu zat saat mulai meleleh sampai dengannya meleleh seluruhnya menggambarkan tingkat kemurnian suatu zat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama suatu zat meleleh yang mana tidak sesuai dengan suhu dimana dia meleleh maka zat tersebut kurang kemurniannya, sebaliknya semakin cepat zat tersebut meleleh maka semakin murni pula zat tersebut.
IX Pertanyaan Pasca Praktikum
1. Bagaimanakah pengaruh pencampuran sampel terhadap titik lelehnya?
2. Apakah fungsi digunakan perbandingan kompisisi yang bervariasi pada percobaan diatas?
3. Mengapa digunakan minyak untuk memanaskan dan melehkan sampel pada percobaan diatas?
Mengapa tidak menggunakan air biasa atau air aquades saja?
X Kesimpulan
1. Prinsip dasar penentuan titik leleh senyawa murni yaitu dengan melihat temperatur dimana zat
padat berubah wujud menjadi zat cair pada tekanan 1 atm saat zat dipanaskan. Energi kinetik
dari molekul-molekul akan naik dan menyebabkan molekul bergetar yang artinya pada suhu
tertentu ikatan-ikatan molekul akan terlepas maka zat padat akan meleleh. Pada saat zat pada
meleleh, pada saat itulah dapat ditentukan titik lelehnya dengan mengukur suhunya.
2. Tujuan kalibrasi adalah untuk menguji kemampuan kerja termometer tersebut, baik
mengukur batas bawah yang dilakukan dengan mengukur suhu air-es, maupun dalam mengukur
batas atas yang dilakukan dengan mengukur suhu air mendidih.
3. Titik leleh senyawa organik mudah diamati serta temperatur dimana pelelehan murni terjadi
hampir sama/tetap sama meleleh namun pada campuran memiliki titik leleh yang dapat lebih
rendah atau lebih tinggi dari senyawa murninya akibat adanya pengotor.
4. Titik leleh senyawa organik murni yang kami gunakan yaitu: asam benzoat memiliki titik leleh
sebesar 122,4°C; maltosa memiliki titik leleh sebesar 160-165°C; glukosa memiliki titik leleh
sebesar 146°C; dan alfa-naftol memiliki titik leleh sebesar 95-96°C
XI Daftar Pustaka
- http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/. Diakses pada 21 Maret 2019.
- Fessenden. 2015. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
- Oxtoby.2014. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga
- Rahmat. 2015. Sistem Kalibrasi Termometer Infrared Untuk Rentang 50°C-500°C. Vol.3, No.1.
- Tim Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi: Universitas Jambi
Kalibrasi Termometer dengan Water Bold |
Novela Melinda (A1C117007) untuk pertanyaan nomor 2, menurut saya perbandingan komposisi campuran dilakukan agar kita dapat mengetahui pengaruh pengotor terhadap titik leleh senyawa murninya. Jika kita hanya menggunakan satu perbandingan saja, kita tidak dapat membandingkan hasil yang didapat dan tidak mengetahui pengaruh penambahan zat lain atau pengotor terhadap titik leleh dan kemurnian senyawa murni tersebut
BalasHapusDinda Anggun (A1C117079),saya mencoba menjawab pertabyaan nomor 3.Menurut saya,karena sampel yang diamati memiliki titik leleh yang cuku tinggi, ada yang diatas 100°C, oleh karena itu digunakanlah minyak goreng yang memiliki titik didih diatas 100°C yaitu minyak memiliki titik didih sebesar 200°C
BalasHapusMuhammad Yamin (047) No 1. Titik leleh dari pencampuran bisa lebih rendah atau bisa juga lebih tinggi dari titik leleh senyawa murninya. Ketika sampel di campurkan dan dilakukan pemanasan untuk menguji titik lelehnya terjadi sebuah ikatan antar molekul didalamya sehingga saling berikatan yang membuat campuran tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk meleleh dan membutuhkan suhu yang berbeda dari suhu leleh senyawa murninya untuk meleleh, tergantung dari campuran yang dibuat.
BalasHapus