JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
DISUSUN OLEH :
AGNES MONIKA SITUMORANG
(A1C117059)
DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
PERCOBAAN 1
I Judul : Analisa Kualitatif Unsur-Unsur Zat Organik Dan Penentuan Kelas Kelarutan
II Hari, Tanggal : Sabtu, 23 Februari 2019
III Tujuan : 1. Untuk mengetahui prinsip dasar dalam analisa kualitatif dalam kimia
organik.
2. Untuk mengetahui tahapan kerja analisa yang dimulai dengan unsur
karbon, hidrogen, belerang, nitrogen, halogen dalam suatu senyawa
organik dan penentuan kelas kelarutannya.
3. Untuk mencoba beberapa senyawa unknown untuk dianalisa.
IV Landasan Teori
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat dan oksida karbon. Studi mengenai senyawa organik disebut kimia organik. Banyak di antara senyawa organik seperti protein, lemak dan karbohidrat merupakan komponen penting dalam biokimia. Di antara beberapa golongan senyawa organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang. Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada atau tidaknya ikatan karbon-hidrogen. Sehingga, asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format termasuk organik (Pudjaatmaka, 1992).
Senyawa organik utamanya mengandung atom karbon dan atom hidrogen, ditambah nitrogen, oksigen, belerang, dan atom unsur lainnya. Klasifikasi pendahuluan merupakan informasi yang penting dari senyawa yang belum dikenal. Dalam praktikum ini kami menganalisis senyawa organic dan mengklasifikasikan senyawa tersebut ke dalam golongan-golongan tertentu.Melakukan analisa organik kualitatif dapat dilakukan dengan mengidentifikasi karakter senyawa organik yang tidak diketahui. Setiap praktikan hendaknya mengetahui seluk-beluk penentuan struktur senyawa organik.
Salah satu cara menggolongkan senyawa organic tersebut dengan cara melakukan uji kelarutan terhadap air, HCl 5%, NaHCO3 5%, NaOH 5%, dan H2SO4 5%. Uji kelarutan ini berguna untuk menggolongkan apakah senyawa tersebut bersifat asam, basa atau netral (Ibrahim, 2012).
Zat-zat organik dan unsur-unsur yang menyusunnya memainkan peran penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Kereaktifan dan fungsi zat-zat organik dalam kehidupan makhluk hidup ditentukan oleh keragaman unsur penyusunnya. Oleh karena itu identifikasi kandung unsur penyusun suatu senyawa organik dan penentuan kelarutan senyawa organik akan dapat mengungkapkan peran unsur tersebut dalam senyawa yang menyusunya. Selain itu dengan mengetahui unsur-unsur penyusun suatu senyawa akan dapat diestimasi rumus empiris dan rumus molekulnya. Selanjutnya dapat pula diprediksi sifat kelarutan suatu senyawa organik baik dalam pelarut polar maupun non polar. Perbedaan tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut juga memrediksi kecendrungan senyawa tersebut dapat bereaksi dengan senyawa lain. Dengan mengetahui teknik-teknik analisis unsur penyusun suatu senyawa organik dan mengetahui tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut anda dapat berinisiatif merancang eksperimen sendiri dan mendapat pengetahuan dan pemahaman baru (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/).
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat dan oksida karbon. Studi mengenai senyawa organik disebut kimia organik. Banyak di antara senyawa organik seperti protein, lemak dan karbohidrat merupakan komponen penting dalam biokimia. Di antara beberapa golongan senyawa organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang. Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada atau tidaknya ikatan karbon-hidrogen. Sehingga, asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format termasuk organik (Pudjaatmaka, 1992).
Senyawa organik utamanya mengandung atom karbon dan atom hidrogen, ditambah nitrogen, oksigen, belerang, dan atom unsur lainnya. Klasifikasi pendahuluan merupakan informasi yang penting dari senyawa yang belum dikenal. Dalam praktikum ini kami menganalisis senyawa organic dan mengklasifikasikan senyawa tersebut ke dalam golongan-golongan tertentu.Melakukan analisa organik kualitatif dapat dilakukan dengan mengidentifikasi karakter senyawa organik yang tidak diketahui. Setiap praktikan hendaknya mengetahui seluk-beluk penentuan struktur senyawa organik.
Salah satu cara menggolongkan senyawa organic tersebut dengan cara melakukan uji kelarutan terhadap air, HCl 5%, NaHCO3 5%, NaOH 5%, dan H2SO4 5%. Uji kelarutan ini berguna untuk menggolongkan apakah senyawa tersebut bersifat asam, basa atau netral (Ibrahim, 2012).
Zat-zat organik dan unsur-unsur yang menyusunnya memainkan peran penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Kereaktifan dan fungsi zat-zat organik dalam kehidupan makhluk hidup ditentukan oleh keragaman unsur penyusunnya. Oleh karena itu identifikasi kandung unsur penyusun suatu senyawa organik dan penentuan kelarutan senyawa organik akan dapat mengungkapkan peran unsur tersebut dalam senyawa yang menyusunya. Selain itu dengan mengetahui unsur-unsur penyusun suatu senyawa akan dapat diestimasi rumus empiris dan rumus molekulnya. Selanjutnya dapat pula diprediksi sifat kelarutan suatu senyawa organik baik dalam pelarut polar maupun non polar. Perbedaan tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut juga memrediksi kecendrungan senyawa tersebut dapat bereaksi dengan senyawa lain. Dengan mengetahui teknik-teknik analisis unsur penyusun suatu senyawa organik dan mengetahui tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut anda dapat berinisiatif merancang eksperimen sendiri dan mendapat pengetahuan dan pemahaman baru (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/).
Analisa organik kualitatif adalah pengajaran yang banyak bergerak dalam bidang identifikasi senyawa organik yang tidak diketahui (unknown). Keberhasilannya ditentukan oleh banyak faktor yang berhubungan erat dengan sifat yang khas dari masing-masing senyawa atau campurannya dan teknik atau pola kerja analisa yang sistematik.
Kerja analisa dalam organik kualitatif terutama akan mencakup bidang-bidang analisa unsur, klasifikasi kelarutan dan sifat fisik. klasifikasi gugus fungsi dengan cara identifikasi sifat derivatnya. Tahap pertama analisa organik kualitatis adalah menentukan adanya unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, halogen, belerang, dan fosfor. Karbon dan hidrogen ditentukan dengan cara memanaskan senyawa dengan tembaga (II) oksida, akan terjadi oksidasi menghasilkan yang CO2 menunjukkan adanya karbon dan H2O menunjukkan adanya hidrogen. Adanya CO2 bisa ditunjukkan dengan cara melewatkan gas dalam larutan Ca(OH)2 yang menjadi keruh endapan putih (CaCO2). Sedangkan akan terlihat berupa uap/tetesan air dalam tabung reaksi
Untuk menentukan adanya nitrogen, halogen dan belerang, ditentukan melalui cara leburan-natrium. Senyawa organik yang mengandung N, X atau S, bersifat non polar, bukan bentuk ionnya. Oleh karena itu dibuat terlebih dahulu leburannya dengan logam natrium, membentuk senyawa-senyawa oganiknya.
C,H,O,N,X dan S + Na → NaCN,NaOH,NaX,Na2S
Larutan Lassaigne
berbentuk larutan yang jernih dan selanjutnya dites dengan cara umum untuk :
Nitrogen. Tes Lassaigne/Prussion blus. Natrium sianida diubah menjadi Natrium ferrosianida yang dengan FeCl2 akan menghasilkan endapan biru dari Fe4(Fe(CN)6)3.
Halogen. Tes halida perak. NaX dengan larutan AgNO3 dalam suasana asam nitrat akan menghilangkan endapan AgX yang berwarna (AgCl putih-abu, AgBr kuning).
Belerang. Larutan NaX, bila mengandung S dalam suasana asam asetat dengan larutan Pb-asetat akan terjadi endapan coklat tua, PbS. Jika degunakan larutan Na-nitropossida, Na2Fe(CN)5NO, sebagai pereaksi akan memberkan warna merah ungu.
Setiap senyawa organik mempunyai sifat kelarutan yang khas, yang meliputi jenis pelarut dan jumlah kelarutannya. Untuk ini bisa dilihat tabelnya dalam handbook. Sifat kelarutan akan membantu mempersempit ruang gerak analisis secara kimia maupun spektroskopis(Tim Kimia Organik I, 2016).
Kerja analisa dalam organik kualitatif terutama akan mencakup bidang-bidang analisa unsur, klasifikasi kelarutan dan sifat fisik. klasifikasi gugus fungsi dengan cara identifikasi sifat derivatnya. Tahap pertama analisa organik kualitatis adalah menentukan adanya unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, halogen, belerang, dan fosfor. Karbon dan hidrogen ditentukan dengan cara memanaskan senyawa dengan tembaga (II) oksida, akan terjadi oksidasi menghasilkan yang CO2 menunjukkan adanya karbon dan H2O menunjukkan adanya hidrogen. Adanya CO2 bisa ditunjukkan dengan cara melewatkan gas dalam larutan Ca(OH)2 yang menjadi keruh endapan putih (CaCO2). Sedangkan akan terlihat berupa uap/tetesan air dalam tabung reaksi
Untuk menentukan adanya nitrogen, halogen dan belerang, ditentukan melalui cara leburan-natrium. Senyawa organik yang mengandung N, X atau S, bersifat non polar, bukan bentuk ionnya. Oleh karena itu dibuat terlebih dahulu leburannya dengan logam natrium, membentuk senyawa-senyawa oganiknya.
C,H,O,N,X dan S + Na → NaCN,NaOH,NaX,Na2S
Larutan Lassaigne
berbentuk larutan yang jernih dan selanjutnya dites dengan cara umum untuk :
Nitrogen. Tes Lassaigne/Prussion blus. Natrium sianida diubah menjadi Natrium ferrosianida yang dengan FeCl2 akan menghasilkan endapan biru dari Fe4(Fe(CN)6)3.
Halogen. Tes halida perak. NaX dengan larutan AgNO3 dalam suasana asam nitrat akan menghilangkan endapan AgX yang berwarna (AgCl putih-abu, AgBr kuning).
Belerang. Larutan NaX, bila mengandung S dalam suasana asam asetat dengan larutan Pb-asetat akan terjadi endapan coklat tua, PbS. Jika degunakan larutan Na-nitropossida, Na2Fe(CN)5NO, sebagai pereaksi akan memberkan warna merah ungu.
Setiap senyawa organik mempunyai sifat kelarutan yang khas, yang meliputi jenis pelarut dan jumlah kelarutannya. Untuk ini bisa dilihat tabelnya dalam handbook. Sifat kelarutan akan membantu mempersempit ruang gerak analisis secara kimia maupun spektroskopis(Tim Kimia Organik I, 2016).
Senyawa organik dipijarkan dengan logam natrium. Halogen dan belerang
akan diubah pada pemijaran menjadi senyawa natrium halida dan natrium
sulfida. Nitrogen dalam pemijaran ini diubah menjadi senyawa sianida.
Hasil pemijaran kemudian dideteksi secara konvensional. Adanya halogen
ditunjukan dengan larutan AgNO3
yang memberikan endapan putih dari AgCl dan AgBr, sedangkan AgI
berwarna kuning. Adanya belerang ditentukan dengan menambahkan plumbum
asetat yang akan memberi endapan hitam dari PbS. Adanya nitrogen dapat
diidentifikasi dari hasil pemijaran dengan menambahkan larutan
ferrosulfat yang memberikan endapan biru Berlin. Adanya oksigen dalam
senyawa organik hanya diketahui dari analisis kualitatif karena tidak
dikenal analisis kuantitatif yang dapat menunjukkan adanya oksigen dalam
senyawa organik (Matsjeh, 1993).
V Alat dan Bahan
5.1 Alat 1. Cawan porselin
2. Tabung reaksi
3. Pipa pengalir
4. Tabung pengalir gas
5. Kawat tembaga
6. Gelas kimia
7. Kertas saring
8. Bunsen
9. Pipet tetes
10. Asbes
5.2 Bahan
1. Serbuk CuO
2. Ca(OH)2
3. CCl4
4. CaO
5. HNO3 encer
6. AgNO3
7. Logam Na
8. Aquadest
9. Larutan L
10. Asam Asetat
11. Pb-asetat 10%
12. Na-nitroprosida
13. FeSO4
14. FeCl3
15. KF 10%
16. NaOH 10%
17. Asam sulfat encer
18. Pelarut eter
19. HCl encer
20. NaHCO3
VI Prosedur Kerja
6.1 Analisa Unsur
1) Karbon dan Hidrogen
Cawan porselin
=> Ditempatkan 1-2 gram serbuk CuO kering
=> Dikeringkan beberapa saat diatas pemanas bunsen
=> Dicampurkan hati-hati dengan sejumlah gula, selagi CuO hangat
Tabung pyrex
=> Dipindahkan campuran kedalamnya
=> Dilengkapi tabung dengan sumbat dan pipa pengalir gas
=> Disusun tabung pengalir gas sehingga gas yang mengalir bisa masuk kedalam tabung
yang berisi 10 ml larutan Ca(OH)2
=> Dipanaskan campuran dan diamati hasilnya
=> Diperhatikan air yang mengembun ditabung reaksi
Hasil pengamatan
2) Halogen
=> Ditempatkan 1-2 gram serbuk CuO kering
=> Dikeringkan beberapa saat diatas pemanas bunsen
=> Dicampurkan hati-hati dengan sejumlah gula, selagi CuO hangat
Tabung pyrex
=> Dipindahkan campuran kedalamnya
=> Dilengkapi tabung dengan sumbat dan pipa pengalir gas
=> Disusun tabung pengalir gas sehingga gas yang mengalir bisa masuk kedalam tabung
yang berisi 10 ml larutan Ca(OH)2
=> Dipanaskan campuran dan diamati hasilnya
=> Diperhatikan air yang mengembun ditabung reaksi
Hasil pengamatan
2) Halogen
- Tes Beilstein
Kawat tembaga
=> Dipanaskan sampai kemerah-merahan dan memberikan nyala lain
=> Didinginkan lalu ditetesi dengan dua tetes CCl4
=> Dipijarkan kembali lalu diamati warna nyala yang ditunjukkan oleh uap Cu-halida
yang terbentuk
Hasil pengamatan
- Tes CaO
Tabung reaksi besar
=> Dipanaskan sejumlah CaO bebas halogen sampai suhu tinggi
=> Ditambahkan dua tetes CCl4 ketika masih panas
=> Dididihkan dengan air suling setelah dingin
Gelas kimia 100 ml
=> Dituangkan campuran kedalam dan larutan dalam HNO3 encer
=> Disaring dengan kertas saring biasa kalau larutan jernih tak didapat
=> Ditambahkan 2-3 ml larutan AgNO3 encer dan amati apa yang terjadi
Hasil pengamatan
3) Metoda Leburan dengan Natrium
Tabung reaksi kecil
=> Ditempatkan dalam lubang kecil pada keping asbes sebagai pemegang
=> Dimasukkan sebiji logam Na
=> Dipanaskan hati-hati sampai meleleh Na bagian bawah tabung dan hentikan nyala api
sementara
=> Ditambahkan hati-hati cuplikan yang mengandung halogen, S dan N secepatnya. jika
zatnya padat masukkan sedikit butiran saja dan jika cair masukkan beberapa tetes
=> Dipijarkan kembali tabung sampai membara
=> Dimasukkan tabung kedalam gelas kimia 100 ml yang berisi sekitar 15 ml air suling
Kawat tembaga
=> Dipanaskan sampai kemerah-merahan dan memberikan nyala lain
=> Didinginkan lalu ditetesi dengan dua tetes CCl4
=> Dipijarkan kembali lalu diamati warna nyala yang ditunjukkan oleh uap Cu-halida
yang terbentuk
Hasil pengamatan
- Tes CaO
Tabung reaksi besar
=> Dipanaskan sejumlah CaO bebas halogen sampai suhu tinggi
=> Ditambahkan dua tetes CCl4 ketika masih panas
=> Dididihkan dengan air suling setelah dingin
Gelas kimia 100 ml
=> Dituangkan campuran kedalam dan larutan dalam HNO3 encer
=> Disaring dengan kertas saring biasa kalau larutan jernih tak didapat
=> Ditambahkan 2-3 ml larutan AgNO3 encer dan amati apa yang terjadi
Hasil pengamatan
3) Metoda Leburan dengan Natrium
Tabung reaksi kecil
=> Ditempatkan dalam lubang kecil pada keping asbes sebagai pemegang
=> Dimasukkan sebiji logam Na
=> Dipanaskan hati-hati sampai meleleh Na bagian bawah tabung dan hentikan nyala api
sementara
=> Ditambahkan hati-hati cuplikan yang mengandung halogen, S dan N secepatnya. jika
zatnya padat masukkan sedikit butiran saja dan jika cair masukkan beberapa tetes
=> Dipijarkan kembali tabung sampai membara
=> Dimasukkan tabung kedalam gelas kimia 100 ml yang berisi sekitar 15 ml air suling
ketika tabung masih membara. Tabung akan segera pecah, sisa sedikit Na akan
bereaksi dengan air.
=> Dihancurkan bagian sisa tabung dalam gelas kimia tadi bila reaksi sudah kembali
tenang lalu dididihkan diatas api
=> Disaring dengan kertas saring biasa lalu gunakan larutan ini (larutan Lassaigne) untuk
keperluan tes-tes berikutnya
Hasil pengamatan
a. Belerang
Gelas kimia
=> Diasamkan 3 ml larutan L dengan asam asetat
=> Dididihkan dan diperiksa gas yang dihasilkan dengan kertas saring basah yang
sudah ditetesi Pb-asetat 10% lalu amati yang terjadi
=> Ditambahkan 1-2 tetes larutan Na-nitroprosida pada larutan L lainnya
=> Diamati warna larutan yang terjadi
Hasil pengamatan
Gelas kimia
=> Diasamkan 3 ml larutan L dengan asam asetat
=> Dididihkan dan diperiksa gas yang dihasilkan dengan kertas saring basah yang
sudah ditetesi Pb-asetat 10% lalu amati yang terjadi
=> Ditambahkan 1-2 tetes larutan Na-nitroprosida pada larutan L lainnya
=> Diamati warna larutan yang terjadi
Hasil pengamatan
b. Nitrogen
Gelas kimia
=> Ditambahkan 5 tetes larutan FeSO4 yang masih baru, 1 tetes larutan FeCl3 dan 5 tetes
larutan KF 10% kedalam 3 ml larutan L
=> Ditambahkan lebih kurang 1-2 ml larutan NaOH 10% sampai bersifat basa lalu
dididihkan
=> Didinginkan dan diasamkan dengan asam sulfat encer (20-25%) jika belerang tidak
ada
=> Dirubah percobaan jika ada belerang dengan ditambahkan 5 ml FeSO4 masih baru
kedalam larutan L sampai basa jika ada belerang
=> Dilanjutkan dengan dipanaskan sampai mendidih
=> Disaring endapan FeS
=> Diasamkan dengan H2SO4 larutan encer (10-20%)
=> Ditambahkan 5 tetes larutan KF 10% dan 1 tetes larutan FeCl3 untuk mendapatkan
endapan biru berlin
Hasil Pengamatan
Gelas kimia
=> Ditambahkan 5 tetes larutan FeSO4 yang masih baru, 1 tetes larutan FeCl3 dan 5 tetes
larutan KF 10% kedalam 3 ml larutan L
=> Ditambahkan lebih kurang 1-2 ml larutan NaOH 10% sampai bersifat basa lalu
dididihkan
=> Didinginkan dan diasamkan dengan asam sulfat encer (20-25%) jika belerang tidak
ada
=> Dirubah percobaan jika ada belerang dengan ditambahkan 5 ml FeSO4 masih baru
kedalam larutan L sampai basa jika ada belerang
=> Dilanjutkan dengan dipanaskan sampai mendidih
=> Disaring endapan FeS
=> Diasamkan dengan H2SO4 larutan encer (10-20%)
=> Ditambahkan 5 tetes larutan KF 10% dan 1 tetes larutan FeCl3 untuk mendapatkan
endapan biru berlin
Hasil Pengamatan
c. Halogen
Gelas Kimia
=> Diasamkan 3 ml larutan L dengan HNO3 encer
=> Dididihkan hati-hati 5-10 menit untuk menghilangkan HCN atau H2S yang mungkin
terbentuk, jika ada N dan S
=> Ditambahkan 5 ml larutan encer (5-10%)
=> Dilanjutkan pendidihan beberapa menit
Hasil Pengamatan
Gelas Kimia
=> Diasamkan 3 ml larutan L dengan HNO3 encer
=> Dididihkan hati-hati 5-10 menit untuk menghilangkan HCN atau H2S yang mungkin
terbentuk, jika ada N dan S
=> Ditambahkan 5 ml larutan encer (5-10%)
=> Dilanjutkan pendidihan beberapa menit
Hasil Pengamatan
6.2 Penentuan Kelas Kelarutan
1) Kelarutan dalam Air
Tabung reaksi besar
=> Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
=> Ditambahkan 3 ml air suling
=> Dikocok kuat-kuat
Hasil Pengamatan
Catatan: larutan jernih berarti larut dalam air (+), larutan keruh berarti tak larut dalam air
(-). Bila hasilnya (+), selanjutnya lakukan tes kelarutan dalam eter, bila (-)
lanjutkan tes kelarutan dengan pelarut lainnya.
Tabung reaksi besar
=> Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
=> Ditambahkan 3 ml air suling
=> Dikocok kuat-kuat
Hasil Pengamatan
Catatan: larutan jernih berarti larut dalam air (+), larutan keruh berarti tak larut dalam air
(-). Bila hasilnya (+), selanjutnya lakukan tes kelarutan dalam eter, bila (-)
lanjutkan tes kelarutan dengan pelarut lainnya.
2) Kelarutan dalam Eter
Tabung reaksi besar
=> Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
=> Ditambahkan 3 ml pelarut eter
=> Dikocok kuat-kuat
Hasil Pengamatan
Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
Tabung reaksi besar
=> Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
=> Ditambahkan 3 ml pelarut eter
=> Dikocok kuat-kuat
Hasil Pengamatan
Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
3) Kelarutan dalam NaOH 5%
Tabung reaksi besar
=> Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
=> Ditambahkan 3 ml larutan NaOH 5%
=> Dikocok kuat-kuat
Hasil Pengamatan
Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
Tabung reaksi besar
=> Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
=> Ditambahkan 3 ml larutan NaOH 5%
=> Dikocok kuat-kuat
Hasil Pengamatan
Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
4) Kelarutan dalam NaHCO3
5%
Tabung reaksi besar
=> Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
=> Ditambahkan 3 ml larutan NaHCO3 5%
=> Dikocok kuat-kuat
Hasil Pengamatan
Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
5) Kelarutan dalam HCl
Tabung reaksi besar
=> Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
=> Ditambahkan 3 ml larutan HCl 5%
=> Dikocok kuat-kuat
Hasil Pengamatan
Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
6) Kelarutan dalam H2SO4 pekat
Tabung reaksi besar
=> Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
=> Ditambahkan 3 ml larutan H2SO4 pekat
=> Dikocok kuat-kuat
Hasil Pengamatan
Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
7) Kelarutan dalam H3PO4 pekat
Tabung reaksi besar
=> Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
=> Ditambahkan 3 ml H3PO4 pekat
=> Dikocok kuat-kuat
Hasil Pengamatan
Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
Tabung reaksi besar
=> Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
=> Ditambahkan 3 ml larutan NaHCO3 5%
=> Dikocok kuat-kuat
Hasil Pengamatan
Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
5) Kelarutan dalam HCl
Tabung reaksi besar
=> Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
=> Ditambahkan 3 ml larutan HCl 5%
=> Dikocok kuat-kuat
Hasil Pengamatan
Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
6) Kelarutan dalam H2SO4 pekat
Tabung reaksi besar
=> Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
=> Ditambahkan 3 ml larutan H2SO4 pekat
=> Dikocok kuat-kuat
Hasil Pengamatan
Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
7) Kelarutan dalam H3PO4 pekat
Tabung reaksi besar
=> Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
=> Ditambahkan 3 ml H3PO4 pekat
=> Dikocok kuat-kuat
Hasil Pengamatan
Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
Berikut adalah link video sebagai referensi terkait percobaan ini:
https://www.youtube.com/watch?v=foN9ibxBCYU
https://www.youtube.com/watch?v=foN9ibxBCYU
Berdasarkan video tersebut timbul 3 pertanyaan, diantaranya sebagai berikut:
1. Mengapa untuk membuat larutan Lassaigne dalam percobaan ini dilakukan sebuah prosedur yaitu
mendidihkan hancuran sisa tabung diatas api? Mengapa campuran dalam tabung tidak langsung
diambil dan dilarutkan dengan air saja?
2. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa reaksi eksoterm telah terjadi dalam percobaan tersebut?
3. Mengapa logam Na dilelehkan terlebih dahulu dalam percobaan di video tersebut?
mendidihkan hancuran sisa tabung diatas api? Mengapa campuran dalam tabung tidak langsung
diambil dan dilarutkan dengan air saja?
2. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa reaksi eksoterm telah terjadi dalam percobaan tersebut?
3. Mengapa logam Na dilelehkan terlebih dahulu dalam percobaan di video tersebut?
Baiklah saya Tria Pradina Loke(A1C117075). Disini saya akan mencoba menjawan dari pertanyaan anda no.1. Hancuran tabung dididihkan di atas api dikarenakan atau bertujuan agar Na dapat bereaksi cepat dengan air. Hal ini disebabkan karena suhu itu dapat mempengaruhi laju reaksi. dan kenapa campuran dalam tabung tidak langsung diambil dan dilarutkan dengan air saja, hal ini disebabkan karena campuran tersebut sudah pekat dan terlalu lengket pada tabng rx. jika kita pegang secara langsung ataupun mengambil secara langsung, maka akan berbahaya serta akan ada campuran yang nantinya akan tersisa ditabung rx tersebut.
BalasHapusSaya Sheila Sagita dengan NIM A1C117009 akan mencoba menjawab pertanyaan no 3, mengapa logan Na dilelehkan terlebih dahulu sebelum direaksikan karena jika logam Na berbentuk padatan akan lebih sulit direaksikan dengan senyawa organik untuk membentuk ekstrak lassaigne
BalasHapusNama saya Hefty Juwita (A1C117053.
BalasHapusSaya akan menjawa pertanyaan nomor 2.
Menurut saya, dalam reaksi eksoterm yang terjadi adalah sistem melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan. Sistem melepas kalor ke lingkungan ditunjukkan dengan terjadinya perubahan suhu dalam sistem, dimana suhunya menjadi naik. Dari percobaan, Na dicampurkan dengan cuplikan yang mengandung halogen, maka suhu campurannya menjadi naik. Hal inilah yang menandakan bahwa telah terjadi reaksi eksoterm dalam percobaan tersebut.