LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
DISUSUN OLEH :
AGNES MONIKA SITUMORANG
(A1C117059)
DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
PERCOBAAN 8
(KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM)
VII Data Pengamatan
7.1 Kromatografi Lapis Tipis
7.1 Kromatografi Lapis Tipis
No
|
Sampel
|
Jarak
Noda (cm)
|
Jarak
Eluen (cm)
|
Rf
|
|
1.
|
Buah naga
|
3,9
|
4,8
|
0,8125
|
|
2.
|
Bayam
|
0,3
|
4,8
|
0,025
|
|
3.
|
Nanas
|
3,8
|
4,8
|
0,79166
|
|
4.
|
Bunga
kertas
|
2,5
|
4,8
|
0,520
|
|
5.
|
Semangka
|
3,7
|
4,5
|
0,8222
|
|
6.
|
Wortel
|
3,9
|
4,5
|
0,8666
|
|
7.
|
Pepaya
|
3,8
|
4,5
|
0,8444
|
|
8.
|
Kentang
|
0
|
4,5
|
0
|
|
9.
|
Tomat
|
4,1
|
4,7
|
0,8723
|
|
10.
|
Bunga
sepatu
|
4,0
|
4,7
|
0,8510
|
7.2 Kromatografi Kolom
No
|
Sampel
|
Banyak Botol
|
Warna
|
Hasil TLC
|
1.
|
Buah naga
|
6 botol
|
Bening
semua
|
Tidak ada
noda ang bergerak
|
2.
|
Bayam
|
4 botol
|
1: bening;
2:hijau; 3:hijau pudar; 4:bening.
|
Noda tidak
ada yang bergerak tetapi tapi noda 1,2,3 terlihat berwarna kekuningan pada
garis bawah plat.
|
3.
|
Nanas
|
3 botol
|
1:bening; 2:kuning
keruh; 3:bening.
|
Noda tidak
tampak dan tidak bergerak
|
4.
|
Bunga kertas
|
5 botol
|
1: bening;
2:terdapat seperti minyak; 3:agak keruh; 4:bening; 5:bening.
|
Noda tidak
tampak dan tidak bergerak
|
5.
|
Semangka
|
3 botol
|
1:bening; 2:keruh;
3:bening.
|
Noda tidak
tampak dan tidak bergerak
|
6.
|
wortel
|
3 botol
|
1:bening;
2:kuning cerah; 3:bening.
|
Noda 1dan
3 tampak berwarna krim pada garis bawah tapi tidak bergerak
|
7.
|
pepaya
|
4 botol
|
1:bening;
2:kekuningan; 3:bening; 4:bening.
|
Noda satu
tak terjadi apa2. Noda 2 dan 4 tampak noda krim pada garis bawah dan pada
noda 3 bergerak naik dengan warna krim
|
8.
|
Kentang
|
4 botol
|
1:bening;
2:kuning keruh; 3:bening; 4:bening.
|
Noda tidak
tampak dan tidak bergerak
|
9.
|
Tomat
|
3 botol
|
1:bening; 2:kemerahan;
3:bening.
|
Pada noda
ketiga berwarna abu2 dan bergrak naik ke atas
|
10.
|
Bunga sepatu
|
4 botol
|
1:bening;
2:keruh; 3:keruh; 4:keruh pudar.
|
Noda tidak
tampak dan tidak bergerak
|
VIII Pembahasan
Pada percobaan ini, praktikan melakukan pemisahan terhadap suatu campuran dengan menggunakan teknik kromatografi. Kromatografi merupakan suatu teknik analisis yang sering digunakan untuk memisahkan suatu campuran zat menjadi komponen penyusunnya. Selanjutnya komponen-komponen penyusun campuran tersebut dapat dianalisis lebih lanjut secara menyeluruh. Terdapat beberapa jenis kromatografi yang memiliki prinsip yang sama yaitu berdasarkan perbedaan afinitas dari setiap analit pada fase diam dan fase gerak, diantaranya adalah kromatografi lapis tipis, kromatografi cair, kromatografi gas, kromatografi penukar ion serta kromatografi afinitas (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
Kromatografi yang digunakan oleh praktikan pada percobaan ini yaitu kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom. Sedangkan untuk bahan, praktikan menyiapkan 10 ekstrak dari berbagai sampel diantaranya: buah naga, bayam, nanas, bunga kertas, semangka, wortel, pepaya, kentang, tomat, dan bunga sepatu. Langkah yang praktikan lakukan untuk menyiapkan ekstrak dari sampel yaitu pertama sampel digerus atau dihaluskan. Lalu sampel yang sudah dihaluskan diambil air atau patinya dengan memeras sampel tersebut. Selanjutnya ditambahkan beberapa tetes metanol kedalam air ekstrak sehingga ekstrak sedikit kental dan siap untuk digunakan pada percobaan
8.1 Kromatografi Lapis Tipis
Pada kromatografi lapis tipis, langkah pertama yang praktikan lakukan yaitu menyiapkan plat TLC. Plat TLC yang digunakan dipotong dengan ukuran 5x3 cm. Lalu pada plat TLC tadi dibuat batas atas dan batas bawahnya dengan membuat garis menggunakan pensil, dimana jarak dari batas ke tepi plat adalah sebesar 0,5 cm. Selanjutnya praktikan menyiapkan eluen yang akan digunakan dengan menggunakan chamber. Chamber berfungsi sebagai wadah bagi eluen dan plat TLC pada saat kromatografi berlangsung. Praktikan menyiapkan eluen dengan cara mencampurkan n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 2:1 didalam chamber. Selanjutnya eluen dijenuhkan dengan menggunakan kertas saring. Chamber dijaga agar selalu dalam kondisi tertutup untuk mencegah masuknya zat asing serta keluarnya eluen yang mudah menguap sehingga tidak mempengaruhi hasil kromatografi. Selanjutnya, praktikan menotolkan sampel diatas plat TLC dengan menggunakan pipa kapiler.
Dalam prakteknya, praktikan menggunakan 3 buah plat TLC dimana plat pertama berisi 4 sampel yaitu naga, bayam, nanas, dan bunga kertas. Plat kedua berisi 4 sampel yaitu semangka, wortel, pepaya, dan kentang. Dan plat ketiga berisi 2 sampel yaitu tomat dan bunga sepatu. Langkah selanjutnya yaitu plat yang sudah ditotolkan dengan sampel dimasukkan kedalam chamber yang berisi eluen dengan tujuan untuk melihat pergerakan sampel dan kesesuaian kesesuaian antara sampel dengan eluen yang ditandai dengan pergerakan sampel pada plat TLC berupa noda-noda. Dijaga agar eluen tidak sampai melewati batas bawah yang sudah disiapkan pada plat TLC. Ketika pelarut sudah naik hingga hampir mencapai batas atas pada plat TLC, plat diangkat lalu disinari dengan sinar UV untuk melihat berkas noda yang terbentuk pada plat TLC. Noda yang tampak ditandai dengan menggunakan pensil, lalu selanjutnya diukur jarak noda dan dihitung nilai RF nya.
Untuk plat pertama, didapatkan jarak tempuh dari pelarutnya yaitu 4,8 cm. Sementara untuk jarak tempuh dari sampelnya yaitu: naga 3,9 cm; bayam 0,3 cm; nanas 3,8 cm; dan bunga kertas 2,5 cm. Dengan data tersebut praktikan dapat menentukan Rf dari masing-masing sampel dengan cara membagi jarak yang ditempuh sampel dengan jarak yang ditempuh pelarut. Berdasarkan perhitungan didapatkan data: 0,8125 untuk sampel naga; 0,0625 untuk sampel bayam; 0,79167 untuk sampel nanas dan 0,52083 untuk sampel bunga kertas. Setelah praktikan membandingkan nilai Rf dari setiap sampel, praktikan mengetahui bahwa pergerakan paling besar diperoleh dari sampel buah naga sedangkan pergerakan yang paling kecil diperoleh dari sampel bayam. Dan dari data tersebut praktikan mengetahui bahwa eluen dan sampel yang digunakan memiliki kecocokan. Hal itu dikarenakan semua sampel melakukan pergerakan meskipun dengan besar jarak yang berbeda-beda.
Sedangkan untuk plat kedua, didapatkan jarak tempuh dari pelarutnya yaitu 4,5 cm. Sementara untuk jarak tempuh dari sampelnya yaitu: semangka 3,7 cm; wortel 3,9 cm; pepaya 3,8 cm; dan kentang 0 cm karena kentang tidak melakukan pergerakan. Dengan data tersebut praktikan dapat menentukan Rf dari masing-masing sampel dengan cara membagi jarak yang ditempuh sampel dengan jarak yang ditempuh pelarut. Berdasarkan perhitungan didapatkan data: 0,822 untuk sampel semangka; 0,867 untuk sampel wortel; 0,844 untuk sampel pepaya dan 0 untuk sampel kentang. Setelah praktikan membandingkan nilai Rf dari setiap sampel, praktikan mengetahui bahwa pergerakan paling besar diperoleh dari sampel wortel sedangkan pergerakan yang paling kecil diperoleh dari sampel semangka. Dan dari data tersebut praktikan mengetahui bahwa eluen dan sampel yang digunakan memiliki kecocokan untuk sampel buah semangka, wortel dan pepaya. Hal itu dikarenakan sampel melakukan pergerakan meskipun dengan besar jarak yang berbeda-beda. Sedangkan untuk sampel kentang, tidak terjadi kecocokan antara eluen dengan sampel yang membuat sampel tidak bergerak.
Dan untuk plat tiga, didapatkan jarak tempuh dari pelarutnya yaitu 4,7 cm. Sementara untuk jarak tempuh dari sampelnya yaitu: tomat 4,1 cm dan bunga sepatu 4 cm. Dengan data tersebut praktikan dapat menentukan Rf dari masing-masing sampel dengan cara membagi jarak yang ditempuh sampel dengan jarak yang ditempuh pelarut. Berdasarkan perhitungan didapatkan data: 0,8723 untuk sampel tomat dan 0,8510 untuk sampel bunga sepatu. Setelah praktikan membandingkan nilai Rf dari setiap sampel, praktikan mengetahui bahwa pergerakan paling besar diperoleh dari sampel tomat sedangkan pergerakan yang paling kecil diperoleh dari sampel bunga sepatu. Dan dari data tersebut praktikan mengetahui bahwa eluen dan sampel yang digunakan memiliki kecocokan. Hal itu dikarenakan semua sampel melakukan pergerakan meskipun dengan besar jarak yang berbeda-beda.
8.2 Kromatografi Kolom
Pada kromatografi kolom, langkah pertama yang praktikan lakukan adalah menyiapkan kolom. Kolom yang praktikan gunakan disini yaitu menggunakan pipet tetes. Pipet tetes tersebut disumbat dengan kapas pada bagian ujungnya untuk menahan silika gel didalam pipet tetes agar tidak turun kebawah. Selanjutnya diteteskan n-heksan kedalam pipet tetes untuk membersihkan pipet tetes dari pengotor atau zat lain yang dapat mempengaruhi hasil kromatografi. Selanjutnya praktikan menyiapkan silika gel yang akan dimasukkan kedalam pipet tetes. Silika gel dicampurkan dengan n-heksan lalu dimasukkan secara perlahan-lahan kedalam pipet tetes. setiap penambahan campuran silika gel kedalam pipet tetes, kolom diketuk-ketuk atau digoyang dengan tujuan untuk memadatkan silika gel yang terdapat dalam pipet tetes. Perlakuan ini memadatkan silika gel didalam kolom disebut juga dengan impreknasi. Lalu praktikan menyiapkan sampel yang akan digunakan dengan mencampurkan beberapa tetes sampel dengan silika gel dengan tujuan untuk mengikat sampel pada silika gel sehingga dapat dianalisis lebih lanjut. Selanjutnya, sampel yang sudah disiapkan tadi dimasukkan kedalam kolom dan sedikit ditekan untuk memadatkan dan meratakan sampel. Lalu dilakukan proses kromatografi yang paling puncak yaitu memasukkan pelarut dan selanjutnya dialirkan dengan tujuan untuk menurunkan sampel. Pelarut yang turun tadi ditampung untuk dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan TLC.
Untuk sampel buah naga, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 8:1 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel tidak turun. Selanjutnya praktikan mengganti perbandingan komposisi dari pelarut yang digunakan yaitu sebesar 16:2, dan didapatkan hasil yaitu sampel mulai turun dan praktikan menggunakan perbandingan komposisi ini sebanyak dua kali. Lalu praktikan mengganti lagi perbandingan komposisi dari pelarut yaitu sebesar 15:2, dan didapatkan hasil yaitu sampel turun namun tidak semuanya. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 5 botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC untuk tiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan tidak menghasilkan warna, yang mengalami pergerakan hanya crudenya saja.
Untuk sampel bayam, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 5:10 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 5 botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan tidak menghasilkan warna, namun ketika disinari dengan sinar UV pada totolan 1, 2 dan 3 terlihat warna krim.
Untuk sampel buah nanas, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:1 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun karena silika yang digunakan pecah. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel turun pada pelarut dibotol kedua yang menyebabkan warna pelarut didalam botol menjadi kuning atau keruh. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 2:1. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan tidak menghasilkan warna.
Untuk sampel bunga kertas, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut kloroform murni dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 5 botol, dimana sampel turun pada botol kedua dan ketiga yang ditandai dengan warna pelarut yang keruh sperti berminyak. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut metanol 100%. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu semua noda yang ditotolkan dari tiap botol dan crude bergerak. Selain itu crude berwarna ungu dan yanglain berwarna krim.
Untuk sampel semangka, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel mulai turun pada botol pertama dan pada botol kedua telah turun semuanya yang ditandai dengan warna kuning pudar pada botol tersebut. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan, namun crude mengalami pergerakan sampai keujung atas dan timbul warna kuning ketika disinari dengan sinar UV.
Untuk sampel wortel, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel mulai turun pada botol pertama dan botol kedua telah turun semuanya. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan. Yang bergerak hanya crudenya saja dan timbul warna kuning pada noda crude serta warna krim pada totolan dari botol 1 dan 3 ketika disinari dengan sinar UV
Untuk sampel pepaya, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 4 botol, dimana sampel mulai turun pada botol pertama dan pada botol kedua sampel telah turun semuanya yang ditandai dengan warna kuning atau keruh pada botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan, yang mengalami pergerakan hanya crude. Ketika disinari dengan sinar UV, terlihat pada noda crude warna oren pudar dan pada totolan ke 2, 3 dan 4 berwarna krim pudar.
Untuk sampel kentang, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut kloroform dan metanol dengan perbandingan 3:1 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 4 botol, dimana sampel mulai turun pada botol kedua yang ditandai dengan warna kuning atau keruh pada botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut kloroform dan metanol dengan perbandingan 2:1. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan ketika disinari dengan sinar UV, terlihat pada noda crude warna abu-abu.
Untuk sampel tomat, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:1 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel mulai turun pada botol pertama dan pada botol kedua sampel telah turun semuanya yang ditandai dengan warna kemerahan pada botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu hanya totolan dari botol ketiga mengalami pergerakan dan ketika disinari dengan sinar UV, terlihat pada noda dari totolan ketiga yaitu warna abu-abu.
Untuk sampel bunga sepatu, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:1 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel mulai turun pada botol kedua dan pada botol ketiga sampel telah turun semuanya yang ditandai dengan warna kuning pudar pada botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan ketika disinari dengan sinar UV, terlihat pada noda crude warna krim pudar.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kesesuain antara sampel dan eluen sangat penting dalam proses kromatografi dimana jika sampel dan eluen mengalami kecocokan maka sampel akan cepat untuk turun kebawah, sedangkan jika sampel dan eluen tidak mengalami kecocokan akan membuat sampel lama untuk turun kebawah sehingga menyebabkan eluen yang dibutuhkan sangat banyak dan waktu untuk turun melewati silika gel yang lama.
.
IX Pertanyaan Pasca Praktikum
Pada percobaan ini, praktikan melakukan pemisahan terhadap suatu campuran dengan menggunakan teknik kromatografi. Kromatografi merupakan suatu teknik analisis yang sering digunakan untuk memisahkan suatu campuran zat menjadi komponen penyusunnya. Selanjutnya komponen-komponen penyusun campuran tersebut dapat dianalisis lebih lanjut secara menyeluruh. Terdapat beberapa jenis kromatografi yang memiliki prinsip yang sama yaitu berdasarkan perbedaan afinitas dari setiap analit pada fase diam dan fase gerak, diantaranya adalah kromatografi lapis tipis, kromatografi cair, kromatografi gas, kromatografi penukar ion serta kromatografi afinitas (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
Kromatografi yang digunakan oleh praktikan pada percobaan ini yaitu kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom. Sedangkan untuk bahan, praktikan menyiapkan 10 ekstrak dari berbagai sampel diantaranya: buah naga, bayam, nanas, bunga kertas, semangka, wortel, pepaya, kentang, tomat, dan bunga sepatu. Langkah yang praktikan lakukan untuk menyiapkan ekstrak dari sampel yaitu pertama sampel digerus atau dihaluskan. Lalu sampel yang sudah dihaluskan diambil air atau patinya dengan memeras sampel tersebut. Selanjutnya ditambahkan beberapa tetes metanol kedalam air ekstrak sehingga ekstrak sedikit kental dan siap untuk digunakan pada percobaan
8.1 Kromatografi Lapis Tipis
Pada kromatografi lapis tipis, langkah pertama yang praktikan lakukan yaitu menyiapkan plat TLC. Plat TLC yang digunakan dipotong dengan ukuran 5x3 cm. Lalu pada plat TLC tadi dibuat batas atas dan batas bawahnya dengan membuat garis menggunakan pensil, dimana jarak dari batas ke tepi plat adalah sebesar 0,5 cm. Selanjutnya praktikan menyiapkan eluen yang akan digunakan dengan menggunakan chamber. Chamber berfungsi sebagai wadah bagi eluen dan plat TLC pada saat kromatografi berlangsung. Praktikan menyiapkan eluen dengan cara mencampurkan n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 2:1 didalam chamber. Selanjutnya eluen dijenuhkan dengan menggunakan kertas saring. Chamber dijaga agar selalu dalam kondisi tertutup untuk mencegah masuknya zat asing serta keluarnya eluen yang mudah menguap sehingga tidak mempengaruhi hasil kromatografi. Selanjutnya, praktikan menotolkan sampel diatas plat TLC dengan menggunakan pipa kapiler.
Dalam prakteknya, praktikan menggunakan 3 buah plat TLC dimana plat pertama berisi 4 sampel yaitu naga, bayam, nanas, dan bunga kertas. Plat kedua berisi 4 sampel yaitu semangka, wortel, pepaya, dan kentang. Dan plat ketiga berisi 2 sampel yaitu tomat dan bunga sepatu. Langkah selanjutnya yaitu plat yang sudah ditotolkan dengan sampel dimasukkan kedalam chamber yang berisi eluen dengan tujuan untuk melihat pergerakan sampel dan kesesuaian kesesuaian antara sampel dengan eluen yang ditandai dengan pergerakan sampel pada plat TLC berupa noda-noda. Dijaga agar eluen tidak sampai melewati batas bawah yang sudah disiapkan pada plat TLC. Ketika pelarut sudah naik hingga hampir mencapai batas atas pada plat TLC, plat diangkat lalu disinari dengan sinar UV untuk melihat berkas noda yang terbentuk pada plat TLC. Noda yang tampak ditandai dengan menggunakan pensil, lalu selanjutnya diukur jarak noda dan dihitung nilai RF nya.
Untuk plat pertama, didapatkan jarak tempuh dari pelarutnya yaitu 4,8 cm. Sementara untuk jarak tempuh dari sampelnya yaitu: naga 3,9 cm; bayam 0,3 cm; nanas 3,8 cm; dan bunga kertas 2,5 cm. Dengan data tersebut praktikan dapat menentukan Rf dari masing-masing sampel dengan cara membagi jarak yang ditempuh sampel dengan jarak yang ditempuh pelarut. Berdasarkan perhitungan didapatkan data: 0,8125 untuk sampel naga; 0,0625 untuk sampel bayam; 0,79167 untuk sampel nanas dan 0,52083 untuk sampel bunga kertas. Setelah praktikan membandingkan nilai Rf dari setiap sampel, praktikan mengetahui bahwa pergerakan paling besar diperoleh dari sampel buah naga sedangkan pergerakan yang paling kecil diperoleh dari sampel bayam. Dan dari data tersebut praktikan mengetahui bahwa eluen dan sampel yang digunakan memiliki kecocokan. Hal itu dikarenakan semua sampel melakukan pergerakan meskipun dengan besar jarak yang berbeda-beda.
Sedangkan untuk plat kedua, didapatkan jarak tempuh dari pelarutnya yaitu 4,5 cm. Sementara untuk jarak tempuh dari sampelnya yaitu: semangka 3,7 cm; wortel 3,9 cm; pepaya 3,8 cm; dan kentang 0 cm karena kentang tidak melakukan pergerakan. Dengan data tersebut praktikan dapat menentukan Rf dari masing-masing sampel dengan cara membagi jarak yang ditempuh sampel dengan jarak yang ditempuh pelarut. Berdasarkan perhitungan didapatkan data: 0,822 untuk sampel semangka; 0,867 untuk sampel wortel; 0,844 untuk sampel pepaya dan 0 untuk sampel kentang. Setelah praktikan membandingkan nilai Rf dari setiap sampel, praktikan mengetahui bahwa pergerakan paling besar diperoleh dari sampel wortel sedangkan pergerakan yang paling kecil diperoleh dari sampel semangka. Dan dari data tersebut praktikan mengetahui bahwa eluen dan sampel yang digunakan memiliki kecocokan untuk sampel buah semangka, wortel dan pepaya. Hal itu dikarenakan sampel melakukan pergerakan meskipun dengan besar jarak yang berbeda-beda. Sedangkan untuk sampel kentang, tidak terjadi kecocokan antara eluen dengan sampel yang membuat sampel tidak bergerak.
Dan untuk plat tiga, didapatkan jarak tempuh dari pelarutnya yaitu 4,7 cm. Sementara untuk jarak tempuh dari sampelnya yaitu: tomat 4,1 cm dan bunga sepatu 4 cm. Dengan data tersebut praktikan dapat menentukan Rf dari masing-masing sampel dengan cara membagi jarak yang ditempuh sampel dengan jarak yang ditempuh pelarut. Berdasarkan perhitungan didapatkan data: 0,8723 untuk sampel tomat dan 0,8510 untuk sampel bunga sepatu. Setelah praktikan membandingkan nilai Rf dari setiap sampel, praktikan mengetahui bahwa pergerakan paling besar diperoleh dari sampel tomat sedangkan pergerakan yang paling kecil diperoleh dari sampel bunga sepatu. Dan dari data tersebut praktikan mengetahui bahwa eluen dan sampel yang digunakan memiliki kecocokan. Hal itu dikarenakan semua sampel melakukan pergerakan meskipun dengan besar jarak yang berbeda-beda.
8.2 Kromatografi Kolom
Pada kromatografi kolom, langkah pertama yang praktikan lakukan adalah menyiapkan kolom. Kolom yang praktikan gunakan disini yaitu menggunakan pipet tetes. Pipet tetes tersebut disumbat dengan kapas pada bagian ujungnya untuk menahan silika gel didalam pipet tetes agar tidak turun kebawah. Selanjutnya diteteskan n-heksan kedalam pipet tetes untuk membersihkan pipet tetes dari pengotor atau zat lain yang dapat mempengaruhi hasil kromatografi. Selanjutnya praktikan menyiapkan silika gel yang akan dimasukkan kedalam pipet tetes. Silika gel dicampurkan dengan n-heksan lalu dimasukkan secara perlahan-lahan kedalam pipet tetes. setiap penambahan campuran silika gel kedalam pipet tetes, kolom diketuk-ketuk atau digoyang dengan tujuan untuk memadatkan silika gel yang terdapat dalam pipet tetes. Perlakuan ini memadatkan silika gel didalam kolom disebut juga dengan impreknasi. Lalu praktikan menyiapkan sampel yang akan digunakan dengan mencampurkan beberapa tetes sampel dengan silika gel dengan tujuan untuk mengikat sampel pada silika gel sehingga dapat dianalisis lebih lanjut. Selanjutnya, sampel yang sudah disiapkan tadi dimasukkan kedalam kolom dan sedikit ditekan untuk memadatkan dan meratakan sampel. Lalu dilakukan proses kromatografi yang paling puncak yaitu memasukkan pelarut dan selanjutnya dialirkan dengan tujuan untuk menurunkan sampel. Pelarut yang turun tadi ditampung untuk dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan TLC.
Untuk sampel buah naga, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 8:1 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel tidak turun. Selanjutnya praktikan mengganti perbandingan komposisi dari pelarut yang digunakan yaitu sebesar 16:2, dan didapatkan hasil yaitu sampel mulai turun dan praktikan menggunakan perbandingan komposisi ini sebanyak dua kali. Lalu praktikan mengganti lagi perbandingan komposisi dari pelarut yaitu sebesar 15:2, dan didapatkan hasil yaitu sampel turun namun tidak semuanya. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 5 botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC untuk tiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan tidak menghasilkan warna, yang mengalami pergerakan hanya crudenya saja.
Untuk sampel bayam, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 5:10 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 5 botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan tidak menghasilkan warna, namun ketika disinari dengan sinar UV pada totolan 1, 2 dan 3 terlihat warna krim.
Untuk sampel buah nanas, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:1 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun karena silika yang digunakan pecah. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel turun pada pelarut dibotol kedua yang menyebabkan warna pelarut didalam botol menjadi kuning atau keruh. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 2:1. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan tidak menghasilkan warna.
Untuk sampel bunga kertas, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut kloroform murni dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 5 botol, dimana sampel turun pada botol kedua dan ketiga yang ditandai dengan warna pelarut yang keruh sperti berminyak. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut metanol 100%. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu semua noda yang ditotolkan dari tiap botol dan crude bergerak. Selain itu crude berwarna ungu dan yanglain berwarna krim.
Untuk sampel semangka, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel mulai turun pada botol pertama dan pada botol kedua telah turun semuanya yang ditandai dengan warna kuning pudar pada botol tersebut. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan, namun crude mengalami pergerakan sampai keujung atas dan timbul warna kuning ketika disinari dengan sinar UV.
Untuk sampel wortel, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel mulai turun pada botol pertama dan botol kedua telah turun semuanya. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan. Yang bergerak hanya crudenya saja dan timbul warna kuning pada noda crude serta warna krim pada totolan dari botol 1 dan 3 ketika disinari dengan sinar UV
Untuk sampel pepaya, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 4 botol, dimana sampel mulai turun pada botol pertama dan pada botol kedua sampel telah turun semuanya yang ditandai dengan warna kuning atau keruh pada botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan, yang mengalami pergerakan hanya crude. Ketika disinari dengan sinar UV, terlihat pada noda crude warna oren pudar dan pada totolan ke 2, 3 dan 4 berwarna krim pudar.
Untuk sampel kentang, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut kloroform dan metanol dengan perbandingan 3:1 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 4 botol, dimana sampel mulai turun pada botol kedua yang ditandai dengan warna kuning atau keruh pada botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut kloroform dan metanol dengan perbandingan 2:1. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan ketika disinari dengan sinar UV, terlihat pada noda crude warna abu-abu.
Untuk sampel tomat, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:1 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel mulai turun pada botol pertama dan pada botol kedua sampel telah turun semuanya yang ditandai dengan warna kemerahan pada botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu hanya totolan dari botol ketiga mengalami pergerakan dan ketika disinari dengan sinar UV, terlihat pada noda dari totolan ketiga yaitu warna abu-abu.
Untuk sampel bunga sepatu, dilakukan kromatografi menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:1 dan hasil yang didapatkan yaitu sampel turun. Pelarut yang ditampung didapatkan sebanyak 3 botol, dimana sampel mulai turun pada botol kedua dan pada botol ketiga sampel telah turun semuanya yang ditandai dengan warna kuning pudar pada botol. Pelarut yang terdapat didalam botol tersebut ditutup dengan aluminium foil yang dibolongi, lalu didiamkan selama beberapa hari hingga botol mengering. Selanjutnya, kedalam setiap botol ditambahkan 1-2 tetes metanol untuk dilakukan TLC pada setiap botol menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang didapatkan dari proses TLC yaitu kelima sampel dari tiap botol tidak mengalami pergerakan dan ketika disinari dengan sinar UV, terlihat pada noda crude warna krim pudar.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kesesuain antara sampel dan eluen sangat penting dalam proses kromatografi dimana jika sampel dan eluen mengalami kecocokan maka sampel akan cepat untuk turun kebawah, sedangkan jika sampel dan eluen tidak mengalami kecocokan akan membuat sampel lama untuk turun kebawah sehingga menyebabkan eluen yang dibutuhkan sangat banyak dan waktu untuk turun melewati silika gel yang lama.
.
IX Pertanyaan Pasca Praktikum
1. Bagaimana cara mendapatkan ekstrak dari kesepuluh sampel yang digunakan?
2. Bagaimana penyiapan kolom yang digunakan pada percobaan yang telah dilakukan?
3. Bagaimana cara melakukan impreknasi? Apa tujuan dilakukannya impreknasi?
X Kesimpulan
1. Prinsip dasar dari pemisahan dengan kromatografi yaitu berdasarkan pada perbedaan afinitas
atau gaya adhesi dari setiap analit terhadap fasa diam dan fasa gerak sehingga komponen
penyusun dari suatu campuran dapat memisah.
2. Kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain: kromatografi lapis tipis, kromatografi
cair, kromatografi gas, kromatografi ion dan kromatografi afinitas.
3. Afinitas analit dapat ditentukan dengan membandingkan daya adsorpsinya terhadap fasa diam
dan kelarutan analit terhadap fasa gerak. Dapat kita ketahui dimana semakin kuat adsorpsi analit
terhadap fasa diam serta kelarutannya yang kecil terhadap fasa gerak, maka waktu tinggalnya
didalam kolom akan lebih lama dibandingkan dengan analit yang memiliki daya adsorpsi lemah
terhadap fasa diam serta kelarutan yang tinggi pada fasa gerak.
XI Daftar Pustaka
2. Bagaimana penyiapan kolom yang digunakan pada percobaan yang telah dilakukan?
3. Bagaimana cara melakukan impreknasi? Apa tujuan dilakukannya impreknasi?
X Kesimpulan
1. Prinsip dasar dari pemisahan dengan kromatografi yaitu berdasarkan pada perbedaan afinitas
atau gaya adhesi dari setiap analit terhadap fasa diam dan fasa gerak sehingga komponen
penyusun dari suatu campuran dapat memisah.
2. Kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain: kromatografi lapis tipis, kromatografi
cair, kromatografi gas, kromatografi ion dan kromatografi afinitas.
3. Afinitas analit dapat ditentukan dengan membandingkan daya adsorpsinya terhadap fasa diam
dan kelarutan analit terhadap fasa gerak. Dapat kita ketahui dimana semakin kuat adsorpsi analit
terhadap fasa diam serta kelarutannya yang kecil terhadap fasa gerak, maka waktu tinggalnya
didalam kolom akan lebih lama dibandingkan dengan analit yang memiliki daya adsorpsi lemah
terhadap fasa diam serta kelarutan yang tinggi pada fasa gerak.
XI Daftar Pustaka
- Denikrisna. 2010. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
- http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/. Diakses pada 23 April 2019.
- Ismiarni. 2012. Kromatografi Lapis Tipis Untuk Penentuan Kadar Hesperidin dalam Kulit. Vol.10, N0.1.
- Khopkar. 2010. Kimia Dasar I. Jakarta: Erlangga.
- Soebagio. 2010. Kimia Analisis I. Jakarta: Erlangga.
Proses Impreknasi Berlangsung |
Proses TLC Berlangsung |
Proses Kromatografi Kolom dengan Sampel Ekstrak Buah Naga |
Penyiapan Ekstrak dari 10 Sampel |
Penyiapan Kolom |
Saya Silvy Wahyu Fradini A1C117023
BalasHapusAkan menjawab pertanyaan no 2. Kolom yang digunakan pada percobaan ini disiapkan dengan menyiapkan pipet tetes yang disumbat ujungnya dengan kapas, kemudian kedalam pipet tetes dimasukkan silika gel yang sudah dicampurkan dengan n-heksan hingga setengah pipet tetes terisi
Saya Ditya Fajar Nursahfitri (A1C117061) akan menjawab nomer 3, yaitu Impreknasi dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes ekstrak sampel kedalam sudip. Adapun tujuan dilakukannya inpreknasi ini yaitu untuk mengikat ekstrak sampel didalam silika gel.
BalasHapusbrezza fitri noventi (055) akn menjawab no 1 Dengan cara menggerus sampel jika sampel masih berukuran besar, lalu air atau pati diambil dengan memeras sampel tadi. Lalu ditambahkan metanol 1
BalasHapus