Rabu, 27 Februari 2019

Jurnal Kalibrasi Termometer Dan Penentuan Titik Leleh

JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I





DISUSUN OLEH :
AGNES MONIKA SITUMORANG
 (A1C117059)


DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

 


 
                                                                     PERCOBAAN 2
  I  Judul                   :   Kalibrasi Termometer Dan Penentuan Titik Leleh
 II  Hari, Tanggal     :   Kamis, 28 Februari 2019
III  Tujuan                :  1. Dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam penentuan titik leleh 
                                          senyawa murni.
                                      2. Dapat melakukan kalibrasi termometer sebelum digunakan untuk

                                          penentuan titik leleh suatu senyawa murni.
                                      3. Dapat membedakan titik leleh suatu senyawa murni dengan senyawa 

                                          yang tidak murni.
                                      4. Dapat melakukan penentuan titik leleh suatu senyawa murni yang

                                          diberikan sebagai sampel.
IV  Landasan Teori       
     Termometer merupakan alat pengukur suhu zat, baik padat, cair, maupun gas, yang perlu dianalisa ketepatan pengukurannya (biasa kita sebut dengan kalibrasi) sebelum digunakan. Hasil kalibrasi ini akan sangat menentukan tindak lanjut dari penggunaan termometer tersebut. Oleh karena itu perlu praktikan usahakan agar termometer yang digunakan benar-benar akurat dan siap untuk digunakan. Selain itu, praktikan harus bisa menganalisa kelayakan termometer dan menguji fungsinya dapat berjalan dengan baik, juga cara agar termometer terhindar dari kerusakan baik saat penggunaannya maupun saat penyimpanannya (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/).
     Adapun tujuan dilakukannya kalibrasi yaitu untuk menguji kemampuan kerja dari termometer tersebut, baik dalam mengukur batas bawah dan atas skala termometer. Dimana skala batas bawah termometer diuji dengan pengukuran suhu campuran bubuk es dan air, sementara skala batas atas diuji dengan pengukuran suhu air mendidih (Tim Kimia Organik, 2016)
     Terdapat titik dimana suatu zat berubah fasa dari padat menjadi cair dalam tekanan satu atmosfir. Titik ini disebut juga dengan titik leleh. Perubahan tekanan tidak mempengaruhi titik leleh suatu zat mengalami perubahan yang berarti. Pengaruh ikatan hidrogen pada titik leleh pun tidak begitu besar, karena pada wujud padat, jarak antarmolekul cukup berdekatan dan yang paling berperan terhadap titik leleh adalah besar molekul zat dan bentuk simetris molekul. Suhu dimana pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan suhu dimana zat sudah meleleh sepenuhnya, sehingga titik leleh senyawa organik mudah untuk diamati. Perbedaan titik leleh senyawa dapat dipengaruhi oleh perbedaan kuatnya ikatan yang dibentuk antar unsur dalam senyawa tersebut. Dimana semakin kuat ikatan yang dibentuk, maka semakin besar energi yang diperlukan untuk memutuskannya yang berarti bahwa titik lebur unsur tersebut juga semakin tinggi (Rahmat,2015).
     Titik leleh suatu zat padat merupakan keadaan dimana zat berubah fasa dari padat menjadi gas pada temperatur tertentu. Tingkat kemurnian zat itu dapat kita ketahui dari perubahan suhu ketika zat tersebut mulai meleleh hingga dia meleleh sepenuhnya, dimana semakin kecil perubahan suhunya maka semakin tinggi tingkat kemurnian zat tersebut (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/).
     Suhu dimana terjadi kesetimbangan pada fasa padat dan fasa cair suatu senyawa pada tekanan satu atmosfir disebut juga titil leleh senyawa murni. Proses pemecahan kisi kristal sampai semua berwujud cair ini membutuhkan waktu dan perubahan suhu. Semakin murni suatu senyawa, maka perubahan suhu lelehnya akan semakin kecil, biasanya tidak lebih dari 1 derajat. Namun jika ada zat asing yang akan menggangu struktur kristal dan akan memperoleh ikatan didalam senyawa tersebut, menyebabkan titik leleh senyawa (tidak murni) menjadi lebih rendah dari titik leleh senyawa murninya dan perubahan suhunya akan semakin besar (Tim Kimia Organik, 2016).
     Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu zat meleleh yaitu: ukuran kristal, dimana semakin besar ukuran partikel yang digunakan maka semakin sulit suatu zat meleleh. Selanjutnya adalah banyaknya sampel, apabila sedikit sampel yang akan dilelehkan maka semakin cepat pelelehan terjadi. Begitu pula apabila zat yang akan dilelehkan berjumlah banyak, maka pelelehan akan semakin lama terjadi (Oxtoby, 2014).
 V  Alat dan Bahan 
      5.1  Alat
             1. Labu erlenmeyer 250 ml
             2. Termometer
             3. Gabus sumbat
             4. Bunsen
             5. Pipa gas kapiler
             6. Stick yang berlubang tengahnya
             7. Benang
             8. Kertas milimeter block
      5.2  Bahan
             1. Bubuk es
             2. Air aquades
             3. Sampel zat murni
             4. Minyak
             5. Naftalen
             6. Glukosa
             7. Alpha-naftol
             8. Asam benzoat
             9. Maltosa 
VI  Prosedur Kerja 
       6.1  Kalibrasi Termometer
               Labu erlenmeyer
                => Dibuat campuran bubuk es dan air hingga 2/5 bagian volumenya terisi
                => Dimasukkan termometer hingga ujungnya menyentuh campuran es+air
                => Disumbat mulut erlenmeyer dengan gabus sehingga campuran terisolasi dari udara luar

               Termometer
                => Dicatat batas bawah skala termometer tersebut
                => Diangkat termometer dan diulangi lagi prosedur

               Labu erlenmeyer
                => Dirancang kembali alat dengan mengisi 2/5 bagian erlenmeyer dengan aquades
                => Dimasukkan termometer hingga tepat 1 cm diatas permukaan air
                => Disumbat dan diusahakan termometer berada pada posisi tegak/vertikal

               Bunsen
                => Dilakukan pemanasan dan dicatat suhu saat air mulai mendidih dan suhu tidak

                      naik-naik lagi (konstan)
                => Diulangi prosedur dari pencatatan suhu bawah hingga pemanasan, sekali lagi
               Hasil Pengamatan


       6.2  Penentuan Titik Leleh
               Pipa gelas kapiler
                => Dibakar ujung sehingga tertutup
                => Dimasukkan sampel zat murni atau campuran dari ujung lainnya
                => Dipadatkan dengan bantuan stick yang berlubang tengahnya. Tinggi sampel dalam pipa

                      kapiler tidak lebih dari 2 mm
                => diikatkan dengan termometer menggunakan benang (bagian ujung bawah termometer)

               Erlenmeyer
                => diisi air atau minyak 2/3 bagian erlenmeyer
                => dimasukkan alat tadi kedalam erlenmeyer
                => disumbat bagian mulutnya

               Bunsen
                => dipanaskan perangkat ini secara perlahan
                => dicatat suhu saat tepat zat meleleh hingga semua zat meleleh
                => dilakukan prosedur sebanyak dua kali untuk sampel
naftalen, glukosa, alpha-naftol,
                      asam benzoat, dan maltosa
               Milimeter block
                => ditentukan titik leleh campuran dua senyawa dengan proporsi 1:1, 1:3, dan 3:1 (dengan
                      cara yang sama)
                => digambarkan titik autentik yang diperoleh (digambar pada kertas milimeter block untuk

                      hasil yang baik
               Hasil Pengamatan

               Hati-hati: pilih oil bath atau water bath sebagai pemanas sesuai xengan TL zat dan
                                dilakukan pemanasan perlahan serta berilah rongga udara yang cukup pada
                                saat menyumbat mulut erlenmeyer agar jangan terjadi loncatan tutup gabus
                                yang digunakan. 

Berikut adalah link video sebagai referensi terkait percobaan ini:
https://www.youtube.com/watch?v=VpJULQICiGM 

Berdasarkan video dan materi yang tersedia, timbul 3 pertanyaan, diantaranya sebagai berikut:
1. Mengapa digunakan air mendidih dan campuran batu es dengan air untuk mengkalibrasi
    termometer?
2. Mengapa batu es harus dicampurkan dengan air untuk mengkalibrasi termometer?
3. Mengapa termometer merkuri sangat sensitif terhadap suhu lingkungannya sehingga saat
    penggunaannya kita tidak bisa menyentuh termometer tersebut secara langsung dengan tangan?

Jumat, 22 Februari 2019

Jurnal Analisa Kualitatif Unsur-Unsur Zat Organik dan Penentuan Kelas Kelarutan

 
JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I





DISUSUN OLEH :
AGNES MONIKA SITUMORANG
 (A1C117059)


DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

 


 
                                                                     PERCOBAAN 1
  I  Judul                   :   Analisa Kualitatif Unsur-Unsur Zat Organik Dan Penentuan Kelas Kelarutan
 II  Hari, Tanggal     :   Sabtu, 23 Februari 2019 
III  Tujuan                :   1. Untuk mengetahui prinsip dasar dalam analisa kualitatif dalam kimia
                                           organik.
                                       2. Untuk mengetahui tahapan kerja analisa yang dimulai dengan unsur
                                           karbon, hidrogen, belerang, nitrogen, halogen dalam suatu senyawa
                                           organik dan penentuan kelas kelarutannya.
                                       3. Untuk mencoba beberapa senyawa unknown untuk dianalisa.
IV  Landasan Teori       
      Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat dan oksida karbon. Studi mengenai senyawa organik disebut kimia organik. Banyak di antara senyawa organik seperti protein, lemak dan karbohidrat merupakan komponen penting dalam biokimia. Di antara beberapa golongan senyawa organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang. Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada atau tidaknya ikatan karbon-hidrogen. Sehingga, asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format termasuk organik (Pudjaatmaka, 1992).
      Senyawa organik utamanya mengandung atom karbon dan atom hidrogen, ditambah nitrogen, oksigen, belerang, dan atom unsur lainnya. Klasifikasi pendahuluan merupakan informasi yang penting dari senyawa yang belum dikenal. Dalam praktikum ini kami menganalisis senyawa organic dan mengklasifikasikan senyawa tersebut ke dalam golongan-golongan tertentu.Melakukan analisa organik kualitatif dapat dilakukan dengan mengidentifikasi karakter senyawa organik yang tidak diketahui. Setiap praktikan hendaknya mengetahui seluk-beluk penentuan struktur senyawa organik.
Salah satu cara menggolongkan senyawa organic tersebut dengan cara melakukan uji kelarutan terhadap air, HCl 5%,
NaHCO3 5%, NaOH 5%, dan H2SO4 5%. Uji kelarutan ini berguna untuk menggolongkan apakah senyawa tersebut bersifat asam, basa atau netral (Ibrahim, 2012).
     Zat-zat organik dan unsur-unsur yang menyusunnya memainkan peran penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Kereaktifan dan fungsi zat-zat organik dalam kehidupan makhluk hidup ditentukan oleh keragaman unsur penyusunnya. Oleh karena itu identifikasi kandung unsur penyusun suatu senyawa organik dan penentuan kelarutan senyawa organik akan dapat mengungkapkan peran unsur tersebut dalam senyawa yang menyusunya. Selain itu dengan mengetahui unsur-unsur penyusun suatu senyawa akan dapat diestimasi rumus empiris dan rumus molekulnya. Selanjutnya dapat pula diprediksi sifat kelarutan suatu senyawa organik baik dalam pelarut polar maupun non polar. Perbedaan tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut juga memrediksi kecendrungan senyawa tersebut dapat bereaksi dengan senyawa lain. Dengan mengetahui teknik-teknik analisis unsur penyusun suatu senyawa organik dan mengetahui tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut anda dapat berinisiatif merancang eksperimen sendiri dan mendapat pengetahuan dan pemahaman baru (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/).
      Analisa organik kualitatif adalah pengajaran yang banyak bergerak dalam bidang identifikasi senyawa organik yang tidak diketahui (unknown). Keberhasilannya ditentukan oleh banyak faktor yang berhubungan erat dengan sifat yang khas dari masing-masing senyawa atau campurannya dan teknik atau pola kerja analisa yang sistematik.
      Kerja analisa dalam organik kualitatif terutama akan mencakup bidang-bidang analisa unsur, klasifikasi kelarutan dan sifat fisik. klasifikasi gugus fungsi dengan cara identifikasi sifat derivatnya. Tahap pertama analisa organik kualitatis adalah menentukan adanya unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, halogen, belerang, dan fosfor. Karbon dan hidrogen ditentukan dengan cara memanaskan senyawa dengan tembaga (II) oksida, akan terjadi oksidasi menghasilkan yang CO2 menunjukkan adanya karbon dan H2O menunjukkan adanya hidrogen. Adanya CO2 bisa ditunjukkan dengan cara melewatkan gas dalam larutan Ca(OH)2 yang menjadi keruh endapan putih (CaCO2). Sedangkan akan terlihat berupa uap/tetesan air dalam tabung reaksi
      Untuk menentukan adanya nitrogen, halogen dan belerang, ditentukan melalui cara leburan-natrium. Senyawa organik yang mengandung N, X atau S, bersifat non polar, bukan bentuk ionnya. Oleh karena itu dibuat terlebih dahulu leburannya dengan logam natrium, membentuk senyawa-senyawa oganiknya.                                   
                               C,H,O,N,X dan S + Na     →           NaCN,NaOH,NaX,Na2S
                                                                                           Larutan Lassaigne
berbentuk larutan yang jernih dan selanjutnya dites dengan cara umum untuk :
      Nitrogen. Tes Lassaigne/Prussion blus. Natrium sianida diubah menjadi Natrium ferrosianida yang dengan FeCl2 akan menghasilkan endapan biru dari Fe4(Fe(CN)6)3.
     Halogen. Tes halida perak. NaX dengan larutan AgNO3 dalam suasana asam nitrat akan menghilangkan endapan AgX yang berwarna (AgCl putih-abu, AgBr kuning).
       Belerang. Larutan NaX, bila mengandung S dalam suasana asam asetat dengan larutan Pb-asetat akan terjadi endapan coklat tua, PbS. Jika degunakan larutan Na-nitropossida, Na2Fe(CN)5NO, sebagai pereaksi akan memberkan warna merah ungu.
      Setiap senyawa organik mempunyai sifat kelarutan yang khas, yang meliputi jenis pelarut dan jumlah kelarutannya. Untuk ini bisa dilihat tabelnya dalam handbook. Sifat kelarutan akan membantu mempersempit ruang gerak analisis secara kimia maupun spektroskopis(Tim Kimia Organik I, 2016).
      Senyawa organik dipijarkan dengan logam natrium. Halogen dan belerang akan diubah pada pemijaran menjadi senyawa natrium halida dan natrium sulfida. Nitrogen dalam pemijaran ini diubah menjadi senyawa sianida. Hasil pemijaran kemudian dideteksi secara konvensional. Adanya halogen ditunjukan dengan larutan AgNO3 yang memberikan endapan putih dari AgCl dan AgBr, sedangkan AgI berwarna kuning. Adanya belerang ditentukan dengan menambahkan plumbum asetat yang akan memberi endapan hitam dari PbS. Adanya nitrogen dapat diidentifikasi dari hasil pemijaran dengan menambahkan larutan ferrosulfat yang memberikan endapan biru Berlin. Adanya oksigen dalam senyawa organik hanya diketahui dari analisis kualitatif karena tidak dikenal analisis kuantitatif yang dapat menunjukkan adanya oksigen dalam senyawa organik (Matsjeh, 1993). 
 V  Alat dan Bahan 
5.1  Alat
       1. Cawan porselin
       2. Tabung reaksi
       3. Pipa pengalir
       4. Tabung pengalir gas
       5. Kawat tembaga
       6. Gelas kimia
       7. Kertas saring
       8. Bunsen
       9. Pipet tetes
     10. Asbes  

5.2 Bahan
       1. Serbuk CuO
       2. Ca(OH)2
       3. CCl4
       4. CaO
       5. HNO3 encer
       6. AgNO3
       7. Logam Na
       8. Aquadest
       9. Larutan L
       10. Asam Asetat
       11. Pb-asetat 10%
       12. Na-nitroprosida
       13. FeSO4
       14. FeCl3

       15. KF 10%
       16. NaOH 10%
       17. Asam sulfat encer
       18. Pelarut eter
       19. HCl encer
       20. NaHCO3


VI  Prosedur Kerja 
      6.1  Analisa Unsur
             1) Karbon dan Hidrogen
                  Cawan porselin 
                   => Ditempatkan 1-2 gram serbuk CuO kering
                   => Dikeringkan beberapa saat diatas pemanas bunsen
                   => Dicampurkan hati-hati dengan sejumlah gula, selagi CuO hangat 
                  Tabung pyrex
                   => Dipindahkan campuran kedalamnya
                   => Dilengkapi tabung dengan sumbat dan pipa pengalir gas
                   => Disusun tabung pengalir gas sehingga gas yang mengalir bisa masuk kedalam tabung
                         yang berisi 10 ml larutan Ca(OH)
                   => Dipanaskan campuran dan diamati hasilnya
                   => Diperhatikan air yang mengembun ditabung reaksi
                  Hasil pengamatan
             2) Halogen
                  - Tes Beilstein
                      Kawat tembaga
                       => Dipanaskan sampai kemerah-merahan dan memberikan nyala lain
                       => Didinginkan lalu ditetesi dengan dua tetes CCl4
                       => Dipijarkan kembali lalu diamati warna nyala yang ditunjukkan oleh uap Cu-halida
                             yang terbentuk
                      Hasil pengamatan
                  - Tes CaO
                     Tabung reaksi besar 
                      => Dipanaskan sejumlah CaO bebas halogen sampai suhu tinggi
                      => Ditambahkan dua tetes CCl4 ketika masih panas
                      => Dididihkan dengan air suling setelah dingin
                     Gelas kimia 100 ml
                      => Dituangkan campuran kedalam dan larutan dalam HNO3 encer
                      => Disaring dengan kertas saring biasa kalau larutan jernih tak didapat
                      => Ditambahkan 2-3 ml larutan AgNO3 encer dan amati apa yang terjadi
                     Hasil pengamatan
             3) Metoda Leburan dengan Natrium
                  Tabung reaksi kecil
                   => Ditempatkan dalam lubang kecil pada keping asbes sebagai pemegang
                   => Dimasukkan sebiji logam Na
                   => Dipanaskan hati-hati sampai meleleh Na bagian bawah tabung dan hentikan nyala api
                         sementara
                   => Ditambahkan hati-hati cuplikan yang mengandung halogen, S dan N secepatnya. jika
                         zatnya padat masukkan sedikit butiran saja dan jika cair masukkan beberapa tetes
                   => Dipijarkan kembali tabung sampai membara
                   => Dimasukkan tabung kedalam gelas kimia 100 ml yang berisi sekitar 15 ml air suling
                         ketika tabung masih membara. Tabung akan segera pecah, sisa sedikit Na akan 
                         bereaksi dengan air.
                   => Dihancurkan bagian sisa tabung dalam gelas kimia tadi bila reaksi sudah kembali
                         tenang lalu dididihkan diatas api
                   => Disaring dengan kertas saring biasa lalu gunakan larutan ini (larutan Lassaigne) untuk
                         keperluan tes-tes berikutnya
                  Hasil pengamatan
                 a. Belerang
                     Gelas kimia
                      => Diasamkan 3 ml larutan L dengan asam asetat
                      => Dididihkan dan diperiksa gas yang dihasilkan dengan kertas saring basah yang
                            sudah ditetesi Pb-asetat 10% lalu amati yang terjadi
                      => Ditambahkan 1-2 tetes larutan Na-nitroprosida pada larutan L lainnya
                      => Diamati warna larutan yang terjadi
                    Hasil pengamatan
                 b. Nitrogen
                     Gelas kimia
                      => Ditambahkan 5 tetes larutan FeSO4 yang masih baru, 1 tetes larutan FeCl3 dan 5 tetes
                            larutan KF 10% kedalam 3 ml larutan L
                      => Ditambahkan lebih kurang 1-2 ml larutan NaOH 10% sampai bersifat basa lalu
                            dididihkan
                      => Didinginkan dan diasamkan dengan asam sulfat encer (20-25%) jika belerang tidak
                            ada
                      => Dirubah percobaan jika ada belerang dengan ditambahkan 5 ml FeSO4 masih baru
                            kedalam larutan L sampai basa jika ada belerang
                      => Dilanjutkan dengan dipanaskan sampai mendidih
                      => Disaring endapan FeS
                      => Diasamkan dengan H2SO4 larutan encer (10-20%)
                      => Ditambahkan 5 tetes larutan KF 10% dan 1 tetes larutan FeCl3 untuk mendapatkan
                            endapan biru berlin
                     Hasil Pengamatan
                 c. Halogen
                     Gelas Kimia
                      => Diasamkan 3 ml larutan L dengan HNO3 encer
                      => Dididihkan hati-hati 5-10 menit untuk menghilangkan HCN atau H2S yang mungkin
                            terbentuk, jika ada N dan S
                      => Ditambahkan 5 ml larutan encer (5-10%)
                      => Dilanjutkan pendidihan beberapa menit
                     Hasil Pengamatan
      6.2  Penentuan Kelas Kelarutan 
             1) Kelarutan dalam Air
                  Tabung reaksi besar
                   => Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
                   => Ditambahkan 3 ml air suling
                   => Dikocok kuat-kuat
                  Hasil Pengamatan
                  Catatan: larutan jernih berarti larut dalam air (+), larutan keruh berarti tak larut dalam air
                                (-). Bila hasilnya (+), selanjutnya lakukan tes kelarutan dalam eter, bila (-)
                                lanjutkan tes kelarutan dengan pelarut lainnya.
             2) Kelarutan dalam Eter
                  Tabung reaksi besar
                   => Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
                   => Ditambahkan 3 ml pelarut eter
                   => Dikocok kuat-kuat
                  Hasil Pengamatan
                  Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'  
             3) Kelarutan dalam NaOH 5%
                  Tabung reaksi besar
                   => Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
                   => Ditambahkan 3 ml larutan NaOH 5%
                   => Dikocok kuat-kuat
                  Hasil Pengamatan
                  Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
             4) Kelarutan dalam NaHCO3 5%
                  Tabung reaksi besar
                   => Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
                   => Ditambahkan 3 ml larutan NaHCO3 5%
                   => Dikocok kuat-kuat
                  Hasil Pengamatan
                  Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
             5) Kelarutan dalam HCl
                  Tabung reaksi besar
                   => Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
                   => Ditambahkan 3 ml larutan HCl 5%
                   => Dikocok kuat-kuat
                  Hasil Pengamatan
                  Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
             6) Kelarutan dalam H2SO4 pekat
                  Tabung reaksi besar
                   => Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
                   => Ditambahkan 3 ml larutan H2SO4 pekat
                   => Dikocok kuat-kuat
                  Hasil Pengamatan
                  Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air' 
             7) Kelarutan dalam H3PO4 pekat
                  Tabung reaksi besar
                   => Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair
                   => Ditambahkan 3 ml H3PO4 pekat
                   => Dikocok kuat-kuat
                  Hasil Pengamatan
                  Catatan: sama dengan percobaan 'Kelarutan dalam Air'
Berikut adalah link video sebagai referensi terkait percobaan ini:
https://www.youtube.com/watch?v=foN9ibxBCYU

Berdasarkan video tersebut timbul 3 pertanyaan, diantaranya sebagai berikut:
1.  Mengapa untuk membuat larutan Lassaigne dalam percobaan ini dilakukan sebuah prosedur yaitu
     mendidihkan hancuran sisa tabung diatas api? Mengapa campuran dalam tabung tidak langsung
     diambil dan dilarutkan dengan air saja?
2.  Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa reaksi eksoterm telah terjadi dalam percobaan tersebut?
3.  Mengapa logam Na dilelehkan terlebih dahulu dalam percobaan di video tersebut?

Laporan Keisomeran Geometri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I DISUSUN OLEH : AGNES MONIKA SITUMORANG  (A1C117059) DOSEN PENGAMPU Dr. Drs. SYAMS...